Tangismu

Mungkin kamu seorang diri yang tidak menyadari kepulangan "Momy" panggilan yang kau tujukan kepada perempuan yang melahirkanmu, usiamu baru dua tahun tiga bulan saat dia meninggal dunia, dalam perjalanan menuju paser, aku tidak membersamaimu karena aku bersama Kai dan Nene Gendut di ambulance yang berisi jasad mamamu, sedangkan kamu bersama kedua kakamu, oma, angah. Boleh jadi kamu merasakan perjalanan di mobil tidak sebagaimana biasanya, tidak ada mammu menyapi. Perjalanan kali ini mereka yang bergelut dengan geliatnya dirimu mengeksplor semua tombol di mobil. 

Seleapas Ashar kita sudah sampai di Resdes, kampung halaman mamamu, semua sanak family telah menanti, tidak butuh waktu lama, setelah sampai, dia dimandikan kemudian dikafankan, dirumah ulak Agus, kaka pertama mamamu, setelah kami sholat jenazah di Masjid Nurul Huda, tanpa menunggu, kami bergegas memikul keranda menuju pembaringan terakhir, liang tersebut dibuat bersebelahan dengan makam Nenek, mama dari mamamu, pada kesempatan untuk memperlihatkan dirinya padamu, kamu dengan pola tingkah anak-anak hanya memandang biasa, diksi tentang kematian belum ada dibenakmu, mungkin kamu hanya menganggapnya sedang tertidur, semua mata sembab menangis, kamu memandang aneh, kemudian kembali dengan aktifitas seorang anak, bermain. 

Bapa bersama beberapa orang, mengangkat keranda menuju liang lahat yang berada persis di antara rumah Kai dan Masjid Nurul Huda, kamu saat itu di gendong Kaka Aliya, kemudian kalian (Zahra-Zakiyyah-Zhahira) diminta untuk mengambil berkah dari rahim mamamu dengan melintasi kolong keranda yang kami pikul sebanyak tiga kali, peristiwa itu mengingatkanku pada kisah Soekarno (Presiden pertama Indonesia) dimana ketika untuk pertama kalinya dia akan merantau untuk tinggal dan belajar di rumah HOS Tjokroaminoto tokoh pergerakan Sayarekat Islam yang bertempat di jalan Penele Surabaya, ibunya Ida Ayu Nyoman Rai, meminta dia berbaring di tanah kemudian melangkahi tubuhnya untuk memberi berkat rahimnya. Setelah menurukan mamamu diliang lahat Kai kemudian mengumandangkan azan, dengan air mata yang tidak bisa tertahan, bapa, kita semua berpisah dengan mamamu, pelan-pelan tanah di turunkan, bersama dengan perasaan tidak percaya bahwa mamamu telah pergi, terbesit harapan ada keajaiban dia bersuara ketika akan dikubur tapi itu tidak terjadi. 

Hari berikutnya, kamu menjadi perhatian kami, semua berusaha memastikan tidak ada kesempatan kamu mencari-cari mamamu, semua berupaya menjadi teman bermainmu. "Where is Momy?" tanyamu ketika aku membersamaimu di tempat permaianan taman kanak-kanak Al-Quran, arena permainan yang sering kau sebut "Play Ground", berada di sisi lain Masjid, aku tidak punya kata-kata untuk menjelaskan kepadamu, selain menyatakan bahwa "Momy Go so Far" jawabku dengan bahasa inggris seadanya kemudian kamu berpindah ke permianan lain, dari swing-slide-cage (ayunan-prosotan-kandang). Begitulah mamamu mendidikmu, kamu jadi bayi yang punya banyak perbendaharaan kata-kata inggris, yang membuat kami semua harus belajar agar dapat menjadi teman tumbuhmu. 

Setelah tujuh hari di resdes kita semua kembali ke samarinda, ditemani Angah, Ulak Bini, Delima, Bini almarhum Ulak Abau, dan salah seorang kerabat, turut juga Oma membersamai, setelah perjalanan panjang, akhirnya kita sampai di kediaman samarinda, seketika ketika pintu rumah terbuka, dengan buru-buru kamu bergerak cepat menuju kamar, tempat biasa kamu tidur ditemani mamamu, tempat dimana banyak waktu kamu habiskan dengannya, bermain-bernyanyi-tidur-bersama mamamu, raut kecewa tak bisa kau tutupi, yang kamu cari tidak kamu temui, perasaan sedih merayapi kami. Malam harinya, ketika lelah perjalanan dan bermain kamu tertidur, tidak di kamar biasanya, kamu tidur di kamar kakamu, tidak lama tangismu pecah, dengan suara keras yang menusuk perasaan, kamu terbangun sembari melihat kamar itu, seolah berharap sosoknya keluar dan menyapimu, paras kecewa tergurat, sosok itu tidak pernah lagi datang memeluk, segera kugendong menenangkanmu sembari mengajak tidur bersamaku di ruang tamu, karena hari itu dan beberapa hari setelahnya rumah kita masih penuh dengan seluruh kerabat mamamu. 

Kejadian seperti itu berlangsung beberapa malam, dimana sejak itu kamu tidak lagi mau masuk kamar biasa kamu tidur bersama bapa dan mamamu. Sebulan kemudian, kamar itu dijadikan kamar kaka Aliya kamu hanya masuk sesekali, akan tetapi tidak lagi menjadi kamar tempat tidurmu,  Oma yang menyapimu tiap hari, perlahan kata Momy bergeser ke Oma, meskipun demikian ingatanmu tentang mamamu tidak redup,  aku merasakan kerinduanmu pada mamamu setiap kali kamu membuka layar phoncellku, berisi foto kita waktu menginap di penginapan pantai yang terletak di Petung, Penajam Paser Utara, aku memangkumu, mamamu berdiri di apit kaka Zahra dan Aliya, kamu masih mengenalinya dengan baik "This Momy" ketika aku menunjuk wajahnya, tidak ada lagi tangis, mungkin kamu sudah berdamai, ketika harapanmu setiap malam dia datang tetapi hanya Oma yang kamu temui, dan kini kamu mulai terbiasa dengan Oma. 

Bertepatan 8 Februari 2024 kamu berusia 3 (tiga) tahun, delapan bulan setelah kepergian mamamu, keceriaanmu-semangatmu terus menyala-nyala, dengan kosa kata indonesia yang semakin banyak, karena kedekatanmu dengan Oma, akan tetapi semua proses belajarmu bersama mamamu masih menempel, bahkan kini seperti bayi dengan dua bahasa, aku masih terus berusaha menjadi teman belajarmu, begitu juga dengan kakak-kakakmu. 

Demikian Gurat Rinduku, yang akan kamu baca di satu kesempatan di masa depan. Terus sehat dan menjadi perempuan hebat. 

Samarinda, 16 Februari 2024


Gue, Bapakmu



Komentar

Postingan Populer