Presiden Selera Penonton Sinetron

dalam satu sore bersama teman (hasan basri), senja, matahari sudah melangkah jauh meninggalkan kami yang bercakap iseng soal organisasi kampus yang belum berbenah di tengah ruang yang semakin terbuka untuk maju. akhirnya sampai juga diskusi kami sampai pada persoalan pemilihan presiden yang telah lewat beberapa waktu lalu, diiringi senandung azan, pertanyaan tersebut gulirkan "siapa yang kamu pilih kemaren ? katanya singkat. "kalo kamu" tanyaku berbalik.

seperti yang ku duga bahwa hasan menjatuhkan pilihannya pada JK-Win pasangan calon presiden-wakil presiden nomor 3, dengan berbagai alasan yang jelas bukan persoalan jargon bahwa dia akan lebih cepat lebih baik, tetapi dalam diskusi ngalor ngidul dengan berbagai perspektif acak kadut kudapati bahwa dia memilih disebabkan karena program yang ditawarkan (janji) lebih realitis, misalkan bagaimana untuk mendorong bangsa mandiri dengan program permodalan untuk anak muda dan sterusnya saya coba merekam.

pertanyaan kemudian lahir di benak ku dan mungkin juga di benaknya? apa yang membuat dia dengan programnya tidak menjadi pilihan, apakah benar pemenang (quick count) memiliki program yang lebih baik dan lebih bisa di jangkau dalam persepsi publik. atau indikator lain bukan persoalan program yang menjadi alat penggerak massa ke bilik pencontrengan melainkan karena citra yang dibentuk oleh pemenang sesuai dengan persepsi publik tentang seorang pemimpin.

teringat satu teori kekuasaan Feurbach (maaf kalo Feurbaeolog tersinggung karena saya salah tulis nama) mengungkapkan bahwa ketika masyarakat terhimpit oleh berbagai problem dan tidak mampu mengatasi berbagai persoalan hidupnya, maka dalam alam idenya akan terbentuk satu oposisi terhadap kenyataan yang ditemui yaitu perspesi ideal, persepsi di balik kesusahan akan ada balasan kesenangan dan semua persepsi kontradiksi yang dibangun untuk menentang kenyataan atau setidaknya dapat mengobati ketidak mampuannya bergulat dalam alam kenyataan kemudian berfantasi di alam ide. menjadi pertanyaan apakah keterpilihan SBY sebagai pemimpin adalah karena figur yang di tampilkan adalah sesuai dengan realitas idealis mereka yang dalam lapangan kenyataan teraniaya????

jika asumsi diatas gugur yang menarik muncul asumsi baru dalam perdebatan kami, bahwa keterpilihan SBY sebagai seorang presiden karena dia merepresentasikan figur selebritis (protagonis) yang kerap tampil dihadapan pemilih dalam pirme time di layar kaca, dimana alur hidup tokoh protagonis selalu di mulai dengan kesengsaraan, kegetiran hidup di awal-awal cerita kemudian menjadi tokoh yang berbahagia, bersahaja, arif dan bijaksana, dan tokoh antagonis adalah sebaliknya. tokoh protagonis selalu tampil dalam wajah tampan, lugu, berwawasan, santun dan antagonis sebaliknya.

berangkat dari cermin sajian sinetron dan penonton setianya akhirnya saya menyusun satu bangunan persepsi bahwa keterpilihan SBY seabgai presiden disebabkan karena alur perjalanannya menjadi presiden seperti aktor dalam sinetron, teraniaya (terkesan diserang oleh dua kubuh) yang berarti membutuhkan pertolongan kalo dalam konteks sinetron pertologan penonton hadir dalam bentuk terus menyaksikan rangkaian sinetron hingga habis, dalam pemilu pertolongannya dalam bentuk pemberian suara untuk mendapatkan hasil yang sama persis seperti yang dia tonton.

syarat lain yang menyebabkan SBY sama dengan persepsi penonton sinetron (pemilih) adalah dia tampan, bersahaja, santun dan seabgainya (yang berbeda dengan calon lain) yang grasa-grusu yang lebih mencerminkan karakter antagonis dalam sinetron, sehingga terbangunlah oposisi bahwa yang santun adalah baik dan pengkritik si santun adalah jahad, karena bermodalkan wajah tampan akhirnya pemilih sinetron berubah menjadi pemilih SBY dalam pemilihan umum. kedua hal tersebut yang kemudian menurutku dan mungkin juga menurut temanku hasan sebagai pendorong elektablitas dia. pemilih SBY adalah penonton sinetron.kami terkekeh he he he

samakah sinetron dengan dunia nyata, jika sama kayaknya kita mengalami gejal sikoperenia (kehancuran struktur identitas) yang menyebabkan kita buta membedakan yang realitas dan yang semu.

Komentar

Postingan Populer