Rengkuh

Awal Mimpi itu bermula
Tahun 2008 akhir, awal mimpi itu kumulai, saat itu aku dan beberapa kawan berhasil untuk menghidupkan organisasi mahasiswa fakultas hukum, yang bernama Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum (HMPS Hukum) yang telah dibiarkan mati. Melalui HMPS Hukum saya memperoleh kesempatan bertemu kawan baru yang bergerak di bidang hukum, yang kemudian menyertakan kami (yang aktif di HMPS Hukum) untuk terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan LBH Kaltim yang di gagas Arif Islam, ketua serikat pekerja angkasa pura (SP AP) 1.

Arif Islam menggagas Lembaga Bantuan Hukum Kalimantan Timur (LBH Kaltim) karena keprihatinanya terhadap akses bantuan hukum bagi pekerja/buruh yang kerap kesulitan dalam memperoleh advokat (pembela) yang berkenan membantu pekerja/buruh dalam memperjuangkan hak-haknya, baik pada saat masih terikat dalam hubungan kerja, ataupun ketika mengalami pemutusan hubungan kerja, sebagaimana yang dia alami.

Melalui diskusi-diskusi perencanaan pembentukan LBH Kaltim saya mengenal berbagai macam persoalan perburuhan, yang memberikan saya pencerahan sampai pada satu kesimpulan bahwa saya harus menjadi seorang advokat yang dapat memfasilitasi, memberikan bantuan hukum bagi para pekerja/buruh.

Mimpi di rajut untuk diwujudkan: Melatih Diri di Kawahchandradimuka
Sepanjang agustus 2009 – februari 2011, sembari kuliah, kerja partimer, berperan sebagai suami dan bapa bagi seorang anak, saya juga menghabiskan waktu di LBH Pos Balikpapan yang merupakan pos bantuan hukum bentukan LBH Kaltim untuk menjangkau dan memberikan bantuan hukum bagi pekerja/buruh atau kelompok rentan di Balikpapan. LBH Pos Balikpapan merupakan sekolah kepengacaraanku yang pertama, karena melalui lembaga ini keterampilan analisis terhadap kasus-kasus baik perburuhan, lingkungan hidup dan kelompok rentan dilatih, tidak hanya itu di tempat ini sensitifitas keberpihakanku diasah.

Oktober 2010, langkah untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang Advokat semakin dekat karena saat itu aku lulus kuliah sesuai rencana hanya dalam waktu 4 tahun. Dengan demikian aku dapat mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) yang merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menjadi seorang advokat yang disusul dengan Ujian Profesi Advokat (UPA).

karena mengikuti PKPA memerlukan modal yang menurut saya tidak secikit maka saya mencoba untuk mencari pekerjaan yang memungkinkan saya untuk bisa menabung sehingga dapat membiayai UPA. Sampai dengan bulan februari tidak ada pekerjaan yang bisa kuraih hanya pekerjaan partime yang tidak cukup untuk ditabung. Sampai pada akhirnya pada bulan februari 2011 DR. Muhamad Muhdar, Dekan Fakultas Hukum Universitas Balikpapan menawariku pekerjaan sebagai staff hukum di Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Kota Bontang selama 6 (enam) bulan.

Skenario Allah Sedang Bekerja melalui perantaraan kekasihNya
Setelah melalui komunikasi dengan istri dan kawan (Wawan Sanjaya), tawaran dari pa Muhdar saya terima, dengan pertimbangan bahwa pekerjaan ini akan memperkaya pengalaman dan yang jauh lebih penting saya dapat menabung untuk membiayai PKPA yang akan diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Balikpapan bekerja sama dengan organisasi Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi).

Diluar dari perkiraan, PKPA Fakultas Hukum Universitas Balikpapan bekerjasama dengan organisasi Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) dilaksanakan pada bulan Mei. Kegetiran menghampiriku, bagaimana tidak uang yang kukumpulkan dari hasil menyisihkan gaji selama 2 (dua) bulan bekerja di BPR tersebut belum cukup untuk membiayai PKPA, aku hampir putus harapan, dalam fikiranku dari pada harus mengutang lebih baik saya ikut PKPA yang akan dilaksanakan di tahun berikutnya.

Diluar dari apa yang kurencanakan, Tuhan melalui tangan kekasihNya menolongku, Presiden Komisaris BPR tersebut memberikan kesempatan kepada pekerja yang berlatar belakang hukum (sarjana hukum) untuk mengajukan diri sebagai peserta PKPA yang akan didanai oleh perusahaan, termasuk kesempatan tersebut diberikan kepada saya yang baru 2 (dua) bulan bekerja dan hanya merupakan pegawai kontrak.

Dengan dorongan berbagai pihak, saya mengajukan diri sebagai salah satu peserta dari perusahaan yang akan mengikuti PKPA Fakultas Hukum Universitas Balikpapan, setelah melalui proses yang panjang akhirnya saya diterima sebagai salah satu dari 2 (dua) orang yang dibiayai oleh perusahaan. Ada skenario diluar skenarioku yang bekerja, doaku di Ijabah olehNya melalui perantaraan makhluk-makhlukNya.

September 2011, berdasarkan kontrak masa kerjaku telah habis di BPR tersebut, banyak kesan, kenangan dan manfaat yang kuperoleh. Bersamaan dengan itu akupun telah lulus PKPA. Syukur alhamdulillah tidak lama setelah PKPA berselang, Peradi sebagai organisasi advokat mengumumkan pelaksanaan Ujian Profesi Advokat (UPA) 2011 pada 5 November 2011. Dengan uang tabungan yang kuperoleh dan setelah melakukan konsultasi dan mendapatkan dukungan Istri, akhirnya kuputuskan untuk mengikuti UPA di Samarinda.

Bertaruh dengan Persediaan Terakhir
Setelah tidak lagi bekerja di Bontang, aku kembali menjadi orang yang tidak memiliki pekerjaan, uang yang kutabung selama bekerja 6 bulan tersebut hampir habis untuk biaya Iedul Fitri, hanya tinggal Rp. 1.000.000,-- (satu juta) yang masih tersisa direkening tabungan di BPR tersebut.

Seminggu setelah Iedul Fitri (2011) saya kembali ke Bontang untuk membereskan barang-barang yang belum sempat dibawa pulang, seperti pakaian dan khususnya sepeda milik anakku yang selalu ditanyakannya, termasuk menutup rekening dan mengambil uang yang masih tersisa tersebut. Uang tersebut adalah uang terakhir yang kami miliki, dilema hidup pun menghinggapi, apakah uang tersebut aku berikan kepada keluarga kecil saya atau saya gunakan untuk mendaftarkan ujian calon advokat sebesar Rp. 900.000,-- (sembilan ratus ribu rupiah). Ditengah kegetiran tersebut istriku memberikan solusi kepadaku untuk terus maju mengejar apa yang kucita-citakan dan dengan keterbatasan pada bulan September 2011 aku pergi mendaftar UPA di Samarinda dengan menumpang rombongan calon peserta ujian advokat yang berangkat bersamaan dari balikpapan dengan mobil pribadi dan carteran.

Rentang waktu pendaftaran dengan ujian antara bulan september dan november saya manfaatkan untuk belajar, menjawab soal-soal tray out ujian Advokat Universitas Islam Indonesia pemberian Muhammad Ayyub, seorang teman yang amat mensuportku. Ditengah krisis keuangan yang melandaku karena belum juga memperoleh pekerjaan Hadi Rahadian dan Adhin 2 (dua) orang teman yang lama tidak kugauli mengajaku turut serta kedalam projek pembuatan buku mereka, yang membuatku dapat bertahan hidup sampai dengan hari ujian, dimana pada saat itu rumah pusat revolusi yang bertempat BDS 2 sudah tidak bisa saya n beberapa kawan tempati dan mereka membuka diri menerimaku.

H-1 & H : Getir, berusaha dan berserah diri
4 november 2011 (satu hari menjelang ujian advokat), sebagaimana telah kami (calon peserta Ujian Profesi Advokat yang berasal dari Balikpapan) jadwalkan untuk pergi bersama pada pukul 10.00 wita dan menginap bersama di Samarinda. Pada saat akan berangkat ke Samarinda bersama rombangan Balikpapan, persoalan kecil menimpaku, kartu tanda terima pendaftaran Ujian Profesi Advokat yang harus kubawa sebagai tanda bukti untuk mengikuti ujian hilang entah kemana, akhirnya saya harus mengikhlaskan diri untuk tidak pergi bersama dengan rombongan peserta ujian advokat dari Balikpapan.

Hingga pukul 15.15 aku mencari berkas tersebut, ku geledah kamar Adhin dan kediaman Hadi, malang sungguh aku tidak menemukannya, akhirnya kucoba untuk mengkonfirmasi kepantia UPA 2011 Jakarta dan mengkonsultasikan masalahku ini dan mereka memberikan saran untuk membuat surat keterangan hilang di kepolisian. Singkat cerita pada Pukul 16.20 surat keterangan hilang di kantor kepolisian sudah selesai akhirnya dengan kebaikan Hadi saya di antar keterminal bis, kebetulan dia punya kepentingan di kilo 15 (lima belas) akhirnya saya putuskan untuk ikut dan menunggu disana. sekitar pukul 19.00 baru saya bisa mendapatkan bis ke Samarinda setelah menunggu cukup lama.

Satu hari menjelang hari pelaksanaan UPA 2011 merupakan hari yang berat, disaat teman-teman sudah berleha di pembaringanya sambil belajar aku masih kepanasan di bis menuju Samarinda, hari yang berat. Karena keuangan terbatas hanya ada biaya untuk 1 kali makan malam, sarapan, makan siang dan ongkos pulang akhirnya kuputuskan untuk tidak bergabung dengan kawan-kawan yang sudah menginap di Hotel, takut menjadi beban. Kantor Kawal Borneo Comunity Foundation (KBCF) menjadi tempat peristirahatanku.

Sebelum tidur sebagaimana saran seorang pengajar PKPA, dalam keadaan lelah saya mencoba membuat surat kuasa dan gugatan dengan tulisan tangan sebagai persiapan untuk ujian essai, dilanjutkan menyapa teman di Facebook dan twitter setelah puas kemudian saya melangkah keperaduan.

5 November 2011, setelah mempelajarai peta angkutan kota dari kantor KBCF yang berada di kawasan juanda menuju gedung bahasa Universitas Mulawarman (Unmul) yang terletak di jalan flores pemberian kawan yang kebetulan staff KBCF, pada pukul 07.30 wita saya putuskan untuk bergerak. Sekitar 30 menit perjalanan dan dua kali ganti angkutan kota akhirnya pada pukul 08.00 wita saya sampai di lokasi.

halaman parkir gedung bahasa Unmul sudah ramai oleh mobil, pelataran gedungpun telah dipadati wajah-wajah segar dengan berbagai gaya, diantara mereka ada yang ngobrol, ada juga yang bersikap a sosial hanya memperhatikan buku yang ada di hadapanya (soal-soal ujian advokat) dengan dahi yang mengkerut (tanda serius), diantara mereka ada yang saya kenali karena teman satu angkatan PKPA, ada pula yang asing, usia mereka beragam ada yang belia adapula yang sudah berumur. Akupun dengan sigap membaurkan diri kepada khalayak.

Sesuai dengan jadwal pada buku panduan UPA 2011, pukul 09.00 – 09.30 registrasi pesertapun dimulai dan aku memilih deretan akhir karena tidak memiliki kelengkapan administrasi, alhamdulillah ketiadaan tanda bukti tidak menjadi hambatan berarti karena nama saya sudah terdaftar sebagai peserta hanya tinggal mencocokan dengan tanda pengenal yang saya miliki. 10.00 ujianpun dimulai dengan soa-soal pilihan ganda sebanyak 120 soal. Pukul 12.00 ujian untuk materi pilihan ganda berakhir dilanjutkan dengan istirahat sampai dengan 12.30 wita. Pada bagian ujian pilihan ganda menurutku tidak terlalu sulit karena materi yang diujikan hampir sesuai dengan soal-soal try out UII, yang mengkhawatirkan bagi saya adalah apakah cara menghitami jawaban yang dianggap benar sudah benar atau tidak, jika jawaban benar tetapi cara menghitami salah maka ini jadi persoalan.

12.30 ujian essai dimulai, kami diberikan waktu kurang lebih 1,5 jam hingga pukul 14.00 untuk menaklukan soal tersebut. Jujur harus kuakui bahwa soal essai yang diberikan tidak mudah, saya merasa dihadapakan pada keadaan sulit dalam menentukan pengadilan yang berhak mengadili perkara dan bentuk gugatan perdata yang dipilih apakah gugatan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Kepercayaan diriku dalam menjawab soal essai sangat terganggu, sungguh soal essai tersebut susah, sampai aku harus membaca soal berkal-kali.

Dalam perjalanan pulang saya ikut dengan rombongan, soal essai menjadi topik yang hampir menyedot ruang obrolan kami, karena harus diakui bahwa pembuat soal tersebut sukses membuat kami (saya) pusing lebih dari tujuh keliling. Faktanya, lebih dari 1 (satu) minggu tidurku tidak nyenyak karena dihantui ketakutan-ketakutan bahwa hasil yang kuperoleh jauh dari apa yang kuharapkan, dan ketakutan lain bagaimana saya mengembalikan kepercayaan diri ketika tidak lulus, aku takut gagal, mungkin itu kata yang pas, setelah banyak pengorbanan yang harus kutempuh untuk bisa ujian.

Sampai suatu pagi aku terbangun dari tidur dengan perasaan senang bercampur takut, aku bermimpi, dalam mimpi itu namaku tercatat sebagai salah satu peserta UPA 2011 yang lulus ini yang membuatku senang, disisi lain banyak orang yang mengatakan kerap terjadi apa yang hadir di dalam mimpi bertolak belakang dengan apa yang diperoleh di alam kenyataan, ini yang membuatku takut. Akupun memendam mimpi dan perasaan yang dihadirkan mimpi ini tanpa harus memberi tahu orang lain sekalipun orang terdekatku.

Pengumuman UPA: Ketika Mimpi Mewujud Menjadi Nyata
21 Desember 2011, sekitar pukul 10.00 wita bersama Adhin kami pergi sarapan di kawasan sungai Ampal yang kebetulan tidak berada jauh dari kantor Syaiful Maarif & Patner Low Office tempat aku bekerja. ketika sedang asik menikmati makanan seketika teleponselulerku berdering, ada panggilan dari nomor 081254064508 yang tak kukenal (belum tercatat di phone book) dengan sigap kuangkat.
“Hallo Hari” suara orang tersebut
“Hallo juga ini siapa ya” kataku mencari tahu suara yang samar-samar aku kenal
“ini Nelson Hari” katanya dengan nada yang bersemangat
“oh pa Nelson, gimana kabar?” sapaku berbasabasi
“Hari kamu lulus ujian advokat” katanya masih dengan nada semangat
Mendengar kabar itu seketika lututku kocak, aliran darahku bergerak cepat, adrenalinku terpompa, dan emosiku menjadi tidak stabil.
“hah yang benar pa Nelson, benar saya kah?” kataku tak percaya, sangat-sangat tidak percaya tetapi ingin tahu
“benar Har,angkatan kita yang lulus ujian advokat alfonso, rino, beinhard, haryono, prapti, Hari, Nadzir dan saya” katanya memberi tahu masih dengan semangat
“hari yang lain kali pak coba cek namanya” kataku untuk memastikan kebenaran informasinya degan perasaan senang bercampur gugup
“Hari Dermanto, Balikpapan 31 Desember 1984, wah mau ulang tahun nih” katanya dengan lantang.
“Pa Nelson itu benar aku pa, itu saya pa, terima kasih pa Nelson” kataku dengan sangat senang, dengan emosi yang tak stabil.
“ia Har, sudah dulu yang nanti kamu kabari prapti ya” katanya menutup telpon
“baik pa” jawabku diselimuti emosi yang tak terkendali

Adhin yang sejak tadi memperhatikanku juga ikut kegirangan ketika mengetahui aku lulus ujian Advokat. Dengan wajah bersinar dia menyelamatiku. Dengan cepat kuhabisi makanan yang sisah sedikit, meski perutku sudah terasa kenyang karena informasi yang baru saja kuterima. Ingin segera kukabari istriku, orang-orang terdekatku tentang ini. Aku bahagia, sangat sangat sangat sangat bahagia itu yang kurasakan.
“bung aku kabari yang lain ya?” kata Adhin ketika sampai di kantor Saiful Maarif & Patners (SM&P)
“jangan dulu bung,aku perlu memastikan berita ini di website Peradi” kataku
“sudahlah bung, itu benar” katanya memaksa dengan wajah antusias

Melalui Twitter, BBM adhin mengabari berita tersebut kepada kawan-kawan terdekat ucapan selamatpun berdatangan lewat sms dan telp. Untuk meyakinkan berita yang kuperoleh dari Pak Nelson benar, saya menghubungi Prapti salah seorang kawan yang lulus, pengakuannya sama dengan Nelson saya salah seorang yang lulus, begitupun ketika saya meminta mba Aida Rahma untuk memastikan berita tersebut jawabanyapun sama, juga dengan Mas Tito kepala kantor SM&P Balikpapan jawabanya juga sama. Sampai akhirnya akupun memastikan sendiri kelulusanku ketika menyambangi kantor Prapti, dan akupun benar-benar yakin, meski aku masih tidak percaya.

Sampai dengan saat ini aku benar-benar masih merasakan kebahagiaan itu, kebahagiaan dimana mimpi-mimpiku diijabah olehNya, aku sangat bahagia, benar benar benar benar bahagia, yang tak terhingga. Melalui mereka (orang-orang yang turut andil membantuku hingga lulus) aku mewujudkan mimpiku, mimpi yang kupatrikan sejak tahun 2008. Thanks ya Allah SWT skenariomu terhadapku membuatku tak perlu malu lagi untuk bermimpi, aku punya mimpi-mimpi besar ya Allah SWT, dan aku memohon kepadaMu pantaskan aku untuk menggapainya. Hindarkan aku dari berpaling kepada selainMu. Salam

Komentar

Postingan Populer