Kecewa dengan Kantor Pos, Salute buat Tiki JNE


Sekitar pukul 12 siang 20 februari 2012, Prapti, menelpon dan mengabarkan kepada saya bahwa dia telah menerima sertififikat Lulus Ujian Advokat yang diselenggarakan Perhimpuanan Advokat Indonesia (Peradi) pada bulan november 2011 lalu.

“pengirimannya pake apa” tanyaku pada prapti bersemangat, “Lewat kantor Pos Mas” jawabnya, “amplop peradi warna putih mas” lanjutnya, “Pa Nelson dan lainnya udah dapat belum” tanyaku lagi penasaran, “Pa Nelson, belum mas, tapi teman-teman yang di Balikpapan, Pa Nadzir dan lain sudah dapat kayaknya” jelas Prapte, “OK kalo gitu, thanks ya Informasinya” ungkapku mengakhiri percapakan denganya

Setelah percakapan dengan Prapti, akhirnya saya mencoba mengkonfirmasi ke Cak Nadzir, salah seorang peserta ujian yang lulus dan kebetulan seorang Dosen di Universitas Balikpapan (UNIBA)

SMS ku : “Cak Nadzir udah terima Sertifikat Lulus Ujian Advokat?”
SMS nya: “ Sudah Ri, kamu gimana”
SMS Ku : “Belum cak, nanti saya coba konfirmasi ke kantor Pos cak”

“Ko sertifikatku belum ada kabarnya?” gumamku dalam hati ketika mendengar kabar tersebut, setelah mengingat-ingat saya tersadarkan bahwa alamat yang saya gunakan bukan alamat rumah tinggal saya, melainkan alamat kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pos Balikpapan di Kompleks Perumahan Bukit Damai Sentosa (BDS) 2 Blok L Nomor 31, yang sejak Desember 2011 rumah tersebut tidak lagi menjadi tempat aktivitas bantuan hukum, rumah tersebut telah didiami penghuni baru, entah siapa. 

Sekitar pukul 14 an segera saya melesat ke BDS 2 menuju rumah eks kantor LBH Pos Balikpapan, dari kantor Syaiful Maarif & Partners (SMP) tempat saya bekerja. Tidak membutuhkan banyak waktu, kurang dari 15 menit saya telah sampai, di rumah yang memberi banyak kenangan bagi saya dan bagi beberapa kawan mahasiswa hukum yang bergumul di rumah tersebut. 

Pintu rumah tersebut terbuka, di dalam pagar rumah tersbut terdapat 3 (tiga) orang anak lelaki yang berumur tidak lebih dari 12 tahun sedang bermain menggunakan seragam sekolah yang belum sempat di lepaskan.
“Asalammualaikum” sapaku kepada mereka yang berada dalam pagar halaman rumah, “Waalaikum salam” jawab mereka serentak dengan wajah heran mereka, “ De pengurusnya ada” tannyaka, yang diikuti dengan gerakan seorang anak masuk ke rumah melalui pintu utama rumah. 

Tidak menunggu lama, anak itu pun keluar dengan seorang pemuda yang kurang lebih sebaya denganku, berumur antara 25 – 30 tahun. 

“saya Hari mas, dulu penghuni di rumah ini sebelum sampean, beberapa waktu lalu saya menggunakan alamat rumah ini untuk surat menyurat, apakah dalam beberapa waktu ini ada surat yang ditujukan kepada saya” tanyaku setelah menjabat tangannya. “Ia, mas barusan ada tukang pos bawa surat kesini, karena saya nggak kenal orangnya jadi saya nggak berani terima surat tersebut” jawab pemuda tersebut, “suratnya pakai amplop map putih nggak?” tanyaku lagi penuh antusias dan agak kesal karena pemuda tersebut menolak surat tersebut, yang seandainya dia mengambil dan menahan tentunya aku sudah bisa membawa pulang kiriman tersebut, “Ia berwarna putih” jawabnya, “Terima kasih mas, ohya kalo besok ada yang mengirimkan surat mohon di simpankan pak” ucapku, kemudian pamit permisih dengan perasaan kecewa. 

Sayapun bergerak menuju kantor pos yang berada di kawasan Balikpapan Baru untuk menanyakan perihal tersebut, dari petugas Kantor Pos Balikpapan Baru saya mendapatkan informasi bahwa terkait pendistribusian surat dan pengembalian surat dilakukan di kantor Pos Pusat yang terdapat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, disamping kantor Pemerintah Kota Balikpapan. 

Sore harinya sekitar pukl 16 an, ditemani Hadi Rahadian, kami bergegas menuju Kantor Pos yang terdapat di kawasan Jenderal Sudirman, kemudian kami menanyakan kepada petugas Kantor Pos terkait dengan surat tersebut, kemudian petugas yang kami  temui mencoba menghubungi petugas yang mengedarkan surat di kawasan Balikpapan Tengah, tetapi yang bersangkutan tidak bisa di hubungi, karena waktu sudah menunjukan pukul 17.30 akhirnya kami memutuskan untuk pulang setelah sebelumnya meminta nomor kontak petugas yang bersangkutan dan meninggalkan alamat saya yang baru. 

“Bung, karena kantormu jauh dan saya lebih dekat untuk mengakses kantor Pos, biarkan saja besok saya yang mencarikan, tapi kamu konfirmasi dulu ya ke petugas yang memberikan nomornya tadi” kata Rahadian dalam perjalanan menuju rumahnya. Saya tidak kuasa menolak tawaran baiknya karena opsi yang ditawarkan sangat rasional.

xxx

Keesokan harinya


sekitar pukul 11 siang saya menghubungi Hadi Rahadian dan memberitahukan bahwa Petugas kantor Pos menyarakan kami untuk datang lagi ke Kantor Pos Kelandasan untuk mencari barang tersebut.  Tanpa menolak Hadi langsung mengiyakan,”baik bung, kemungkinan agak sorean, jam 3an lah aku baru bisa ke kantor pos untuk mengambil suratmu, setelah itu kekantormu” katanya optimis

Sekitar pukul 17 an sore, Hadi Rahadian dengan berpeluh-peluh dengan wajah sumringah memasuki ruangan kantor tempat saya bekerja, sembari membawa sebuah amplop putih dengan tulisan berwarna biru yang sangat kukenali, bertuliskan Peradi. melihat itu akupun menjadi bersemangat, senang.

“Bung, ini barangnya” kata Hadi Rahadian menyerahkan surat yang ditujukan padaku tersebut
“Terimakasih bung, gimana ceritanya bung bisa ketemu” jawabku

Kemudian Hadi menceritakan proses dia mendapatkan surat DPP Peradi yang ditujukan padaku tersebut. Hadi menuturkan bahwa petugas Kantor Pos Balikpapan bekerja tidak becus, surat yang ditujukan padaku tersebut ditemukan dalam tumpukan surat yang akan dikembalikan ke pengirim, padahal dalam surat tersebut tertera nomor Phoncellku 081350176742, “Masa karena orang yang bersangkutan tidak lagi tinggal di alamat yang tertera di surat, kemudian surat tersebut mau di kembalikan” ujarnya. 

Hadi juga menuturkan bahwa dia sempat komplain terhadap tindakan petugas Kantor Pos yang tidak berusaha menghubungi nomor Phoncell yang tertera di alamat tujuan, dia mengatakan bahwa petugas Kantor Pos yang dia temui sempat menyampaikan pernyataan maaf karena kelalaian tersebut.
“itu salah satu kelemahan pekerja BUMN bung yang harus di benahi” ujar Hadi mengakhiri penuturannya.
“itulah bung, sepertinya memang seperti itu kecenderungan pekerja BUMN” kataku menyambung ceritanya, “Btw, terima kasih banyak bung” lanjutku.

xxx

Pengalaman berbeda saya rasakan ketika berhubungan dengan “TIKI JNE” jasa layanan antar milik swasta. Suatu ketika seorang teman yang berasal dari Jakarta mengirimkan surat kepadaku ke alamat kantor tempat saya bekerja, kebetulan pada saat surat tersebut dikirimkan ke Kantor saya sedang tidak berada di tempat, apa yang dilakukan petugas Tiki JNE berbeda dengan Petugas kantor Pos, petugas tersebut meghubungi nomor Phoncell saya yang berada di alamat tujuan surat, dan memberitahukan bahwa saya dapat mengambil surat tersebut di kantor mereka yang terletak di kawasan Stal Kuda. 

Pengalaman dengan TIKI JNE seperti di atas tidak hanya sekali saya rasakan, sudah beberapa kali ketika seorang teman mengirimkan surat dan saya tidak berada di tempat yang mereka lakukan terlebih dahulu adalah menghubungi nomor saya. Penuturan serupa disampaikan oleh kawan saya, Adhin, menurutnya yang dilakukan TIKI terhadap barang kiriman pertama mendatangi alamat yang bersangkutan jika yang bersangkutan tidak ada maka mereka akan melakukan tindakan yang kedua menghubungi nomor yang ada di alamat tujuan, tidak heran ketika mengirim surat atau barang dengan jasa Tiki yang selalu mereka lakukan adalah meminta nomor orang yang ditujuh. 

Kantor Pos saya yakin memiliki prosedur yang sama dengan Tiki JNE, yang berbeda pegawai Kantor Pos atau BUMN pada umumnya cenderung tidak melaksanakan kerja-kerja berdasarkan prosedur yang ada, tetapi pengalaman yang saya rasakan dengan Kantor Pos ini bukan menjadi alasan saya untuk menyetujui Swastanisasii Kantor Pos, melainkan revitalisasi kerja yang harus di dorong untuk perbaikan, sehingga kantor Pos dapat menjadi pilihan utama masyarakat.

Komentar

  1. betul sekali mas,,, pos samarinda juaga kurang memuaskan. sama halnya dengan JNE samarinda, pelayanan terhadap pelanggan kurang ramah,,, saya lebih senang kirim lewat TIKI aja..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer