HMI Kita
4 Februari 2005, Suasana HMI Cabang Balikpapan terasa "panas", naiknya saudara Qomaruddin (Qomar) sebagai ketua umum HMI Cabang Balikpapan ternyata
tidak didukung semua barisan baru HMI, karena ada beberapa orang dari barisan baru yang sejak awal berkomitment membangun HMI Cabang Balikpapan memilih "membangun komisariat" yang dalam perjalanan banyak melontarkan kritik terhadap kepengurusan yang dikomandoi dua
Muhammad.
Ruangan Sekretariat Cabang malam itu miskin antusias,
wajah-wajah yang ku temui seperti kehilangan semangat, entah mungkin masalah di awal
kepengurusan saudara Qomar yang begitu berat membuat kami lupa akan adanya
peristiwa besar yakni HUT HMI yang akan datang dalam hitungan jam, saudara Muhammad Maulana masih asik di depan komputer, sedangkan Mas Ari dan Asr
Abadi tidak henti-henti merayu maulana untuk ikut terlibat bermain remi,
kebiasaan yang belakangan ada diruangan sekretariat. Tidak seperti biasa, Qomar malam itu tidak bersemangat untuk bergabung dalam ajakan Abadi dan Ari,
pun dengan diriku.
Atas ajakan Qomar malam itu kami pergi ke Manggar, ke sekretariat Aliansi Masyarakat Nelayan, kebetulan disana terdapat dua senior yang kerap membantu kami, bang Adhi Supriadi bang Sumang. kami meminjam motor butut milik Asr Abadi yang melegenda itu kebetulan tertera tulisan Legend yang mulai memudar pada body. Ketika keluar dari ruangan sekretariat kami melihat saudara Muhammad Irfan dan Muhammad Asri, sedang mengisi bak air. "Kebiasaan yang aneh" ungkapku dalam hati, karena mereka orang yang menurutku tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu di cabang, yang akrab dengan mereka adalah mengkritik.
Kami melalui mereka yang sedang asik mengisih bak tanpa
basa-basi yang memakan waktu, berangkatlah kami menuju manggar mengendarai si butut
milik Abadi, tidak banyak kata yang kami urai selama perjalanan. sekitar jam 9
kami sampai di Kantor Aliansi Masyarakat Nelayan, di manggar, seperti biasa
kami terlibat dalam diskusi dengan beberapa pentolan organisasi itu, diantaranya senior HMI. di sela-sela diskusi Qomar sempat menunjukan
pesan singkat yang masuk ke Phoncellnya, berasal dari Ketua Umum PB HMI, Hasanuddin, isinya ucapan selamat hari ulang tahun HMI, beberapa saat
kami terlibat dalam romansa HMI para senior kemudian kembali ke isu-isu gerakan
sosial dan gerakan nelayan balikpapan.
Sekitar jam 12.00, Phoncell Qomar berdering, telp dari sekretariat HMI Cabang Balikpapan. "Mar Cepat Kesini nak-anak kelahi"
Suara Abadi berteriak, di belakang suara Abadi, terdengar suara Maulana
dan Irfan yang saling mengumpat dengan nada tinggi, mereka seperti berselisih. Tanpa sempat menjawab dan
memberi nasihat sebagaimana biasa yang dilakukan Qomar, telpon tersebut ditutup
dengan keras. Perasaan saya getir ketika mendengar itu, "Akhirnya apa yang
selama ini tersembunyi meledak juga" kataku dalam hati, mengira-ngira
bahwa keributan itu buntut dari front M. Irfan dan M. Asry terhadap cabang, atau boleh jadi bermula dari kritik pedas sebagaimana yang kerap mereka utarakan yang memantik emosi Abadi, Ari dan Maulana yang berujung pada perkelahian. Entahlah, banyak dugaan, tapi setidaknya itu yang paling tergambar jelas.
Bang Sumang dan Bang Adi meminta kami untuk segera ke Cabang
untuk mendamaikan situasi. Meski gas motor butut abadi sudah ditarik full,
kecepatannya tidak meningkat, dibawah 40 km / jam, dalam perjalanan fikiranku
berkecamuk, kurasakan Qomarpun begitu, kami hanya terlibat dalam diam,
tidak banyak perbincangan. Aku kembali mengingat-ingat, benar, saat kami meninggalkan cabang tadi, penunggu sekretariat cabang belum ada yang makan dengan benar, hanya beberapa gorengan sore atau siang harinya, "kondisi lapar di picu kritik tak terukur akan memantik ledakan emosi" aku coba berhipotesis.
Sekitar pukul 24.30an sampailah kami di halaman Pusat Kegiatan Islam Balikpapan (Puskib) tempat dimana sekretariat HMI Cabang Balikpapan bernaung,
nampak Abadi, Ari, tertunduk tanpa pakaian, sedang Maulana berdiri di tengah
lapangan parkir memegang kayu di tangan kirinya (tidak ada buku di tangan kanannya) dengan bertelanjang dada Menantang M. Irfan dan M. Asry
yang berada di pintu sekretariat, mereka juga bertelanjang dada. Segera si butut kuparkir, tampak wajah gusar Qomar, ada marah yang tertahan, hingga wajahnya memerah, persis di muka pintu sekretariat, tempat kami biasa diskusi lepas, Qomar memanggil Irfan, Asry, Ari,
Abadi, Maulana untuk duduk bersama. kami duduk melingkar, Irfan
duduk persis di depanku dan Qomar, Asry dibelakangku sedangkan Maulana duduk di gerbang pintu sekretariat yang terletak di sisi kanan kami, berhadapan dengan ari dan abadi duduk di pagar teras sekretariat.
"ada apa ini-ada apa ini?" tanya Qomar dengan nada lembut, "Ada
apa sich pan?" tanyaku juga dengan nada bijaksana, belum di jawab tiba-tiba
Asry yang berada di belakang kami, berteriak "Selamat ulang tahun" sembari menyiramkan air ke kepalaku dan Qomar, kami terdiam sesaat kemudian sadar bahwa sedang terjadi perbuatan "lancung" kami dikerjai sejurus kemudian aku memendarkan pandangan kesekeliling untuk melihat sumber air terdekat, setelah kutemukan lalu, kuambil dan kusiramkan pada yang dekat, hal serupa dilakukan qomar, belum puas, kami kuras bak mandi yang sudah sisa separoh untuk memenuhi perasaan kami yang guyub, praktek siram-siraman, kejar-mengejar pun terjadi malam itu, yang kurang musik india sebagai latar peristiwa. Kami dikerjai oleh mereka, ya memang
kondisi cabang pada zaman itu membuat kami sedikit mengenyampingkan hal yang
seharusnya buat kami bahagia sebagai kader, ulang tahun organisasi tempat kami tumbuh.
Tiba-tiba saja kebekuan di antara kami yang bersebrangan mencair dalam siram-siraman, kami tertawa, kami berbahagia, dilanjutkan dengan rencana mengerjai bang Sumang dan bang
Adi, apa yang berlaku pada kami sudah seharusnya terjadi pada mereka. Qomar menelepon
dengan nada yang sama ke bang Sumang dan bang Adi, sebagaimana yang dilakukan Abadi, "Iya saya dan Adi segera kesana" ujarnya serius.
Selama menunggu kami menyiapkan peluru penyambutan, ember-ember berisi air kami letakan dibeberapa titik strategis, kurang dari 30 menit dua senior yang dekat dengan kami di masa itu
datang, dengan wajah marah mereka memanggil dan mengumpulkan kami untuk duduk bersama mereka, "selamat ulang tahun" teriakku dari tempat aku berdiri sembari mengguyur satu ember air dikepala mereka, diikuti abadi, maulana, irfan, qomar, asry dalam sekejap mereka kuyup. Sadar bahwa mereka hendak menumpahkan kemarahan, Qomar langsung mnyalami "Hut HMI Bang" merekapun tertawa "kurang ajar-kurang ajar kalian" kata bang Adi dengan senyum dan tawa khasnya.
selesai kami berbasah-basah, diselimuti dingin kemudian kesadaran bang Sumang sebagai senior terpanggil, dirogoh sakunya dan dikeluarkanuang agar kami membeli makan dan minum untuk merayakan moment itu bersama. Bahagia sekali.
selesai kami berbasah-basah, diselimuti dingin kemudian kesadaran bang Sumang sebagai senior terpanggil, dirogoh sakunya dan dikeluarkanuang agar kami membeli makan dan minum untuk merayakan moment itu bersama. Bahagia sekali.
Selama ber HMI itu perayaan hut yang paling berkesan, Irfan dan Asry meski dalam pengurusan Qomar banyak berperan sebagai pihak yang
bersebrangan, mereka pandai
membuat situasi yang panas menjadi dingin, Meski ada ketegangan karena perbedaan sebagai kader sudah seharunya momen hut HMI menjadi sarana untuk bertemu melepas ketegangan apapun pilihan dalam organisasi kita adalah kader yang memiliki kewajiban memajukan organisasi dengan posisi yang kita pilih.
Satu yang kurang pada peristiwa malam itu, bang Andi Rahmat
Munawar yang selama ini banyak berperan dalam pembangunan dan pengembangan generasi kami, beliau sedang melaksanakan tugas kenabian di tempat lain, jika ada maka lengkaplah kegembiraan kami,
mengerjai 3 (tiga) senior yang banyak memantik khasana pemikiran kami.
Salam Hormat
Majulah HMI, Jayalah HMI, Yakin Usaha Sampai #BahagiaHMI
Komentar
Posting Komentar