Si Pandai yang Menggemaskan



Energinya seperti tidak pernah habis, selalu bernyanyi, menari dan bercerita, wajahnya ceria, tubuhnya berisi, kalimat-kalimatnya argumentatif tersusun dengan baik dan logis, itu alasan yang menarik banyak orang dewasa menggodanya, gemas dia Aliya Zakiyah, anakku yang lahir 28 januari 2012 silam. 

Ekspresif, aku memabahasakan cara dia mengungkapkan sayangnya padaku, tanpa sungkan dia memelukku ketika lama tak bersua, atau mengirimkan pesan suara melalui messenger, whatsap dengan ungkapan kasih sayang “Pa Aliya kangen, kapan Bapak Pulang” atau “Bapak lama betul sich, Aliya Kangen” ungkapnya, dia selalu mengapresiasi karya-karya yang kubingkiskan untuknya, dan dia paling suka jika dinyatakan kalo dia mirip dengan ku “kita sama kan pa” ujarnya sedikit memaksa dihadapan orang-orang, dan Memang dia anakku yang mau minum kopi buatanku tanap ekspresi kepahitan, bagi mereka yang pernah merasakan kopi buatanku atau meminum kopiku pasti jingkar kepahitan, anakku yang satu ini akan tersenyum “Kopi buatan Bapak enak” ujarnya setiap habis mereguk kopiku.


Ketika aku memiliki waktu yang luang untuknya tidak pernah dia mau pisah dari ku, tidak membiarkanku beranjak jauh dari jangkauan matanya, tanpa sungkan dia sampaikan kepada setiap teman-temanya, angahnya, julaknya tentang keberadaanku. Banyak dialog-dialog lucu yang terjadi antara kami. Sebagai contoh, suatu pagi ketika kami sekeluarga diajak dan akan dijemput oleh keluarga dari istri yang akan menikahkan anaknya:
“Bapa ikut gak?”
“Bapak dirumah saja, ada yang mau bapa kerjakan, aliya pergi sama mama sama kaka aja ya”
“Ma aku gak jadi ikut, mau temani bapa aja”
“Nanti Aliya nangis cari Mama?”
“Ya udah aku ikut Mama, tapi nanti Bapa sendirian” ujarnya dengan ekspresi sedih
Atau ketika disuatu pagi aku terbangun, dan dirumah hanya ada saya dan dia:
“Al mamamu mana nak?”
“gak tahu, kan ada Aliya yang temani Bapak”

Yang menarik pernah disuatu pagi, ketika istriku pergi belanja, si kaka sudah pergi sekolah, Aliya masih tidur dikamar, dan saya sedang asik menonton TV, tiba-tiba “TOLONG!!!!!” dari Kamar Aliya berteriak kencang seperti mengalami keadaan yang genting membuatku terperanjat dan segera bergerak menuju kamar, saya berfikir ada hal beruk menimpanya, kudatangi dia, wajahnya yang ketakutan berubah menjadi ceria diikuti tawa yang menggelegar, ternyata dia berteriak seperti itu karena merasa sepih dan sendiri di rumah. Ada ada aja.

Kini umurnya sudah 4 (empat) tahun, sudah mulai mengaji, dan pandai menagih janji. Dia tidak lupa dengan janji-janji yang kuberikan padanya, tanpa sungkan dia mengingatkan aku soal janjiku “Pa ini sudah besok loh, katanya kita mau makan bakso, bakso jumbo?” katanya membangunkanku, dengan sekuat tenaga kulewatkan kepuasanku tidur siang, dan bergegas mengenakan baju untuk jalan dengannya. 

Sebagaimana umumnya anak diusianya, dia hoby bermain puzzle, lego, menggambar, barby, dan bermain susun balok, sesekali berkeliaran di tanah bermain pasir “istana pasir pa” ujarnya. Terkait dengan janji, satu ketika dia meminta untuk dibelikan tablet, karena aku tahu bagaimana dia, kusampaikan kalo ngajinya sudah Al quran baru akan dibelikan, saya sangat berhati-hati menjawab, andai saja diaminkan permintaan itu, setiap saat setiap waktu akan dikumandangkan terus ditelingaku. He he he tapi karena aku janjikan akan meberikan jika sudah baca Al Quran, setiap saya pulang dia selalu berujar “Pa mana tabletnya, aku sudah baca Al Quran, ya kan ma?” katanya mencoba meyakinkanku.

Uang 50.000 (lima puluh ribu) disebutnya lima ribu biru, sedangkan uang 100.000 (seratus ribu) disebutnya dengan seribu merah. Setiap pergi ke Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dia selalu ingin ikut menyaksikan mesin uang tunai tersebut bekerja mengeluarkan uang, setiap keluar dari ruang mesin ATM dia selalu sampaikan kepada kakak, mamanya, kalo bapak punya uang seribut merah atau lima ribu biru.

Terus tumbuh ya nak, cerdas, pintar, baik hati, sebagaimana yang kau perlihatkan saat ini, sungguh banyak hal yang ingin Bapak tuangkan tapi begitu terbatas perbendaharaan bapak untuk melukiskan kamu dengan kata-kata. Saat kutuliskan ini kau sedang tertidur, begitu pulas, setelah menghabiskan waktu dnganku seharian, menunggui warung, membuat kincir angin, makan siang sederhana, bercerita, membeli puzzle dan buku gambar, memperhatikan dan ikut nimrung menyusun puzzlemu, dan memperhatikanmu dari kejauhan saat kau bermain dengan temanmu.

Dengan penuh cinta
00:13

Resdes 23 februari 2016

HD

Komentar

Postingan Populer