Kado dari Anakku

Sepanjang menempuh pendidikan formal sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) aku tidak pernah memiliki prestasi akademik, tidak pernah masuk dalam lima besar, tapi tidak keluar dari sepuluh besar, pun saat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Balikpapan, tidak ada yang benar-benar spesial, jadi tidak pernah aku merasakan kebanggaan menyandang predikat nomor 1, rangking 1, atau berada di puncak prestasi akademik.

Aku pernah merasakan seperti apa senangnya mendapat predikat juara, tapi bukan dalam hal akademik, saat menjuarai lomba tusuk jarum tingkat rukun tetangga, pada saat perayaan hari kemerdekaan di tahun 1995 (50 tahun kemerdekaan) di kenangan, aku merengkuh tropi juara menyingkirkan teman-teman sekampung, se rukun tetangga, sebaya dan setanah air, dan tidak ada yang lain.

Hari ini tanggal 24 Desember 2016, sehari menjelang natal, dan tujuh hari menjelang tutup usia 31 tahunku, Istriku mengabarkan Zahra mendapat predikat rangking 1 dikelasnya, predikat yang sekalipun tidak pernah aku sandang, senang rasanya dengan kabar itu, mengejutkan, entah seperti apa menggambarkan rasa bahagia dengan kabar itu, benar-benar luar biasa. Begitu sederhananya rasa bahagia, kagum, bangga bisa merayapi hati. Meski tidak pernah aku memiliki prestasi akademik, tapi anakku memberikan stempel kepada kami (orang tuanya) sebagai orang tua yang memiliki anak si rangking 1.

Zahra, dia orangnya, selalu ada alasan baginya untuk marah-marah di pagi hari sebelum berangkat sekolah, yang membawa kami dalam arus emosi, kadang tidak tahan hati, karena memerlukan kesabaran tingkat dewa dalam mengendalikan sikapnya yang cenderung emosional, menjadikan hal kecil sebagai alasan untuk marah, misal soal benang kaos kaki yang mengusik jemari kakinya ini alasan kemarahan yang selalu berulang, soal tidak mau olahraga, atau soal lain yang spele.

Menghadapi tingkahnya, terkadang aku hanya menyampaikan "jika memang kamu tidak mau sekolah hari ini tidak apa, asal jangan membuat marah, jika tidak sekolah kau sukai lakukanlah tanpa harus membuat kami marah", Tidak jarang aku berlaku kasar, menyiramnya dengan seember Air ketika dia mandi sambil marah-marah, meski terkadang reaksiku bukan pada pilihannya tidak mau sekolah, tapi karena tidak nikmatnya mendengar istri yang mengomel. hehehehe

Zahra, yang kerap berulah dengan alasan-alasan sederhana itu rangking 1, sungguh luar biasa, dan spesial. Juara kelas selalu identik dengan anak "normal" rajin belajar, menghabiskan waktunya didepan tugas, buku, diktat. Teringat menjelang ujian semester kutanya kesiapannya menghadapi ujian, "saya siap seribu persen" katanya dengan mata berbinar, tetapi kesiapan itu tidak ditunjukan dengan berada di ruang hampa melahap mata pelajaran, dia menyibukkan diri bermain dan tidak luput membuat alasan pagi kami selalu "pecah" menghadapinya.

Meski ku akui, dibuat terkejut dengan kegemerannya terhadap matimatika, karena semua metode pernah kami coba untuk membantunya paham dan bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, alhasil tidak sukses. ku akui, aku tidak berhasil tapi belakangan dia menjadi candu. Maaf saat ulang tahunmu tidak kupenuhi kejutan yang kau minta hadirkan didetik terakhir tanggal 17 November dan detik awal 18 november di jam  00.00  sebaliknya kamu yang malah memberikan kado spesial bagiku menjelang usia 32 tahunku 7 hari mendatang.

Zahra anakku Terimakasih atas dasir kebanggaan, kebahagian yang kau semaikan di penghujung 31 tahun usiaku, sungguh kamu memberikan kado penutup tahun 2016 dengan sesuatu yang teramat istimewa, selalu cantik, menawan, cerdas, istimewa, dan gembira selalu hidupmu. Bihaqqi Muhammad Wa aali Muhammad.

Komentar

Postingan Populer