Ketujuh



Dear Zahra Anakku

Selamat ulang tahun ya nak, gak terasa sudah 7 tahun usiamu, bertepatan dengan ulang tahunmu, sedang terjadi proses perdamaian antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pendukung Jokowi-JK dengan Koalisi Merah Putih (KMP) yang menisbatkan dirinya sebagai oposisi pengawas pemerintahan, setelah sekian lama berseteruh, saling adu kekuatan, akhirnya upaya perdamaian dengan membagi kekuasaan di parlemen terjadi. Untuk kau ketahui presiden Jokowi adalah presiden Indonesia yang ke 7 (tujuh).

Konflik kedua koalisi tersebut juga menular ke anggota parlemen DKI Jakarta, terhadap pelantikan Ahok yang berlangsung tanggal 19 November 2014. Ahok sebelumnya menjabat sebagai wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) jakarta, dikarenakan Jokowi terpilih menjadi Presiden demi hukum dia didaulat menjadi Gubernur. Ahok adalah seorang yang minoritas dalam tiga hal dia Kristen, Cina, dan Bersih, setidaknya sejauh ini. KMP gusar karena upaya menjegal Ahok tidak dapat terjadi. Tapi yang lebih heboh saat ulang tahunmu yang ketujuh, seorang gembong narkoba kelas kakap, Amir Aco, yang menurut pemberitaan  merupakan bagian dari jaringan pengedar narkoba Internasional sukses lari dari Lembaga Pemasyarakatan pada tanggal 18 November 2014, sekitarpukul 04.00 dinihari.

Di luar itu semua sungguh hal yang membahagiakan aku bias menyaksikan perkebanganmu, kau sudah berusia 7 tahun, aku memperhatikan perkembanganmu setahun ini, seorang anak perempuan yang kadang bikin bahagia, dan tidak jarang bikin marah. Hal yang bikin bahagia, dating dari kualitas kepribadianmu yang pintar, untuk seorang anak yang berusia 7 tahun, kauseorang yang komunikatif, periang, negosiator, memiliki keinginan yang kuat, sensitive, penyuka buku, imajinatif dan pintar. Salah satu buktinya, kau yang mencetuskan ide tentang siapapun yang ulang tahun di antara kita (kamu, adikmu, aku dan mamamu) dirayakan dengan berenang, “Pa bagaimana kalo setiap keluarga yang ulang tahun kita rayakan dengan berenang” katamu suatu hari sekitar setahun lalu, setelah sebelumnya melobi mamamu, “Ide yang menarik, boleh juga tuh” kataku menanggapi. 

Ide itu kusetujui karena menurutku, perayaan ulang tahun seperti itu murah meriah, kita bias bersenang-senang, meskipun aku tahu kepentinganya ada padamu, kita bias berkumpul bersama,dan tentunya kegiatan itu menurut sebuah penelitian yang ku copas di mesin pencari termahsyur sejagat sebagai kegiatan yang menyehatkan, al hasil kau orang yang paling getol mengingat-ingat ulang tahun kami semua, sekaligus menagih janji agar aku melaksanakan komitment kita itu dan belakangan kesenangannmu diikuti sikecil Zakkiya. 

Tentang ulang tahun, pernah pada saat liburan iedul fitri ditempat nenekmu di resdes kau meloby aku untuk memberi kejutan kepada mamamu yang akan ulang tahun, “pa bagaimana kalo pada saat ulang tahun mama kita beri kejutan”, “apa kejutannya” kataku mencari tahu, “kita belikan mama kulkas (lemari es) gimana pa, kan nanti kita gak perlu beli es lagi” katamu berbisik padaku, “bagaimana dengan agenda berenang, jadi gak dilaksanakan dong?”, “gak apa-apa deh” katamu saat itu, tetapi seteah kulkas itu dating kerumah, dan saat ulang tahun mamamu, dengan percaya diri kau tetap menagih janji berenang, ketika aku menolak dengan alasan sudah ada kulkas, kau membantah kalo kulkas itu untuk mamamu dan berenang itu untuk kita semua, alhasil berenanglah kita. 

Selain itu aku ingat peristiwa yang cukup membuatku kaget, saat kau naik kelas dua, aku masih ingat betul dalam ujian tengah semester, pada semester kedua di kelas 1 (satu) sekolah dasar, kau tidak masuk 10 besar, secara pribadi aku tidak terlalu memperdulikan tentang capaian prestasi, karena memang itu bukan ukuran kemanusiaan, bukan ukuran yang menjadi dasar menilai masa depan seseorang, berpegang pada prinsip itu kusampaikan padamu “apapun hasilnya, dan apabila kau sudah berusaha keras, Bapa, mam tetap bangga” kataku, diluar dari prediksi kau memperoleh rangking lima pada saat kenaikan kelas 2 (dua), aku ingat betul saat menemanimu di rumah menuggu kedatangan mamamu yang mengambilkan raport, saat  mamamu dating kemudian memberi tahu kau mendapat rangking lima, aku terkejut kemudian member selamat padamu tanpa menunggu lama  kau menangis, aku tahu kamu bahagia di saat itu. 

Apalagi ketika kau mengetahui kamu satu-satunya perempuan di lima besar, dengan bangga kau kampanyekan kepada angahmu, nenekmu, kaimu, nene itci, sepupu-sepupumu. 

Ah anakku, aku ingat kamu selalu “takut” padaku apabila ada hal–hal tidak wajar yang kau lakukan terhadap temanmu, adikmu, mamamu atau kau tidak melaksanakan kewajiban tertentu, kau selalu bersembunyi dariku ketika aku pulang kerja, ketika kau lari dan bersembunyi di kamar kau sendang member sinyal bahwa ada sesuatu yang salah, ketika kutanyakan perihal sikapmu yang lari dan bersembunyi “aku takut bapa marah” katamu, kata-kata yang kau ucapkan dengan tatapan meminta maaf tentunya membuatku tak bisamarah, kecuali yang teramat gawat. 

Kebiasaan menggambarmu belum hilang, dari sejak kau beraktivitas di taman bermain sampai dengan saat ini meski demikian nilai menggambarmu tidak pernah bagus-bagus amat, tapia ku melihat berbeda, kau mempunyai gambar yang kadang-kadang tidak umum kalo dalam bahasa seni menggambarmu berbau Surealis, yang oleh pemikir seni realis tentu gambarmu tidak dianggap menarik, dan menurutku gurumu seroang realis dan kamu seorang surealis berdasarkan keadaan itu wajar jika gambar-gambar yang kamu buat tidak cukup meyakinkan gurumu untuk member nilai yang baik. 

Kebiasaanmu menggambar dan melakukan aktivitas keterampilan gunting-menggunting, ngelem-mengelem, membuat keadaan di rumah selalu berantakan penuh dengan kreasimu, yang membuat mamamu kerap kehabisan kesabaran dengan keadaan “kapalpecah” yang kaubuat. Tempat yang kita tinggali penuh dengan jejak tanganmu yang belakangan kebiasaanmu sukses membawa adikmu. Dinding rumah kita penuh dengan jejak-jejak kreatifitasmu, terkait dengan ituaku (kami) tidak pernah mau membatasi, karena kami percaya pembatasan kreatifitasmu akan menghambat perkembangan kreatifitasmu, untuk mendukung hobymu melukis dinding rumah tidak jarang aku belikan kau cat lukis beserta pirantinya. 

Akan tetapi Tidak jarang aku tidak bisa menahan emosi ketika begitu susahnya mengajak kamu belajar, ketertarikanmu rendah, mungkin aku yang belum menemukan metode agar kau memiliki kesukaan untuk belajar, pendekatan dictator sudah ku coba, pendekatan otoriter pun kucoba, pendekatan demokratis kucoba juga pendekatan memberikan janji surge sudah kucoba untuk membuatmu mau belajar hasilnya selalu sama diakhiri dengan kemarahanku dan tangisanmu, “mama gak memahami perasaanku” atau “aku benci dengan keluarga ini” atau “aku gak mau punya bapak kaya bapak” katamu ketika marah padaku. 

Hal yang selalu kusesali adalah ketika membentak atau merusak mainanmu apabila kau tidak bias diberi tahu, ya itu kerap kulakukan ketika kau dengan keras hati tidak mau menerima pengertian, memaksakan kemauanmu, missal soal jahitan kauskaki yang selalu membuatmu terganggu di pagi hari sehingga memancing keributan. Aku memang harus belajar menjadi bapak yang baik buatmu, yang tidak harus membuatmu terus tidak nyaman.

Arsitek

“kamar ku nanti seperti ini pa” katamu sembari menunjukan sebuah gambar yang kamar dengan berbagai ornament berwarna ping pada satu ketika, aku tidak protes, kukatakan “nanti kalo Bapak punya rumah, kamu merdeka mendisign kamarmu sendir” kataku menanggapi.
“kamu mau jadiarsitekkah?”
“arsitek itu apa pa?”
“arsitek profesi yang banyak berhubungan dengan gambar menggambar seperti yang kamu lakukan” jawabku seadanya, sebatas pengetahuanku.
“aku mau – aku mau” katamu penuh semangat
“arsitek bias keluar negeri gak pa?”
“kamu tahu Ridwan Kamil, dia seorang Arsitek, sekarang jadi walikota Bandung, ketika masih menjadi arsitek dia sering keliling dunia untuk membangun kota-kota dunia, dia jalan-jalan di bayar lagi” kataku menjelaskan, dan kau menanggapi dengan rona wajah yang penuh semangat.
Sejak percakapan kita itu beberapa kali kau mengatakan ingin menjadi arsitek, bahkan kita sempat beli buku yang berhubungan dengan arsitek di salah satu took buku.
Aku tidak bermaksud mengarahkanmu, mungkin suatu saat cita-citamu akan berubah seiring dengan pergaulanmu di masa mendatang, aku tidak akan menghlangi, dan aku berjanji akan membantu sekuat tenaga untuk mendukungmu. 

Menabung

Setahun ini kau kembali menabung dicelengan yang dibelikan mamamu, celangan bergambar berbi, suatu hari kutanyakan kepadamu tentang peruntukan uang tabungan tersebut, kau katakan uang tabungan tersebut ingin kau belikan rumah. Aku hanya mengaminkan niat tulusmu itu.
Kau sudah tujuh tahun, tambah tumbuh, banyak pergulatan terjadi antara kita ada tawa, canda, emosi, dan kehangatan. Selamat ulang tahun, terus tumbuh dan menjadi manusia merdeka, cerdas, berani dan tentunya menjadi bagian yang mewariskan cinta kepada Rasulullah dan Ahlul Bait. Sholawat

Komentar

Postingan Populer