Tuhan Tidak Berpihak Kepada Yang Lemah

Manusia boleh berubah tetapi simbol-simbol sosial dalam sejarah perubahan manusia selalu tetap. Dalam sejarah peradaban manusia selalu ada penguasa yang zalim dan menuhankan dirinya, agamawan dan ilmuwan yang memproduksi moralitas yang melamahkan rasionalitas, dan kelompok hartawan yang menopang kekuasaan, bergabungnya kekuatan tersebut untuk satu motivasi langgengnya penghisapan, perbudakan dan akumulasi, sedangkan antitesa dari sombol tersebut selalu ada (niscaya ada) sosok messiah (juru selamat) yang hadir dari masa rakyat yang tereksploitasi.

Dalam keepercayaan agama samawi simbol-simbol tersebut teridentifikasi kedalam tokoh Firaun, Qorun, Bal’am, Haman dan Ibrahim. Firaun merupakan personifikasi dari manusia yang hasrat kekuasaanya melampui batas sehingga menggap dirinya Tuhan yang menentukan nasib banyak manusia, Qorun adalah personifikasi dari pemilik modal (hartawan) yang menghamba kepada penguasa untuk mendapatkan keamanan dalam usaha melindungi kepentingannya yaitu menumpuk-numpukan harta, menghisap, Bal’am personifikasi agamawan yang memproduksi nilai-nilai moral (agama) yang melemahkan manusia dengan tujuan menjustifikasi penguasa, Hamman personifikasi dari ilmuwan yang mereproduksi sesat fikir-sesat fakir dalam masyarakat dengan tujuan membunuh kesadaran mereka yang menjadi objek kekuasaan. Penguasa korup selalu mencari teman yaitu agamawan korup, ilmuwan korup dan hartawan korup.

Berhadap-hadapan dengan kekuatan penghisap, penipu, korup, serakah dalam wajah firaun, Qorun, Bal’am dan Hamman berdiri sosok Ibrahim, dia adalah oposisi terhadap 4 serangkai kekuatan yang menghisap tersebut. Ibrahim adalah sosok integral dia adalah Pemimpin yang dengan kekuasaannya membawa mereka yang tereksploitasi menuju jalan kebebasan (kemerdekaan) dari penghambaan kepada manusia kepada penghambaan terhadap nilai universal, agamawan yang membawa risalah berupa jalan bagi manusia untuk mencapai derajat kemanusiaan yang tertinggi dan, intelektual yang tidak menggunakan ilmunya untuk menghilangkan kesadaran masa melainkan sebaliknya membawa kepada pencerahan, hartawan yang hartanya tidak untuk dilipatgandakan melainkan didistribusi untuk melahirkan system sosial yang brerkeadilan.

Selain simbol tersebut, di balik kekuasaan firaun dan perjuganan Ibrahim selalu ada kelompok masa banyak yang menjadi korban kekuasaan firaun yaitu mereka yang hak ekonomi, sosial dan budayanya (ekosob) dan hak sipil politiknya (sipol) terpinggirkan. Mereka adalah korban dari produksi agama dan pengetahuan yang meminggirkan akal dan moralitas, yang di produksi oleh mesin kekuasaan firaun (Hamman dan Bal’am) yang di danai oleh Qorun. Dan sosok Ibrahim yang berada di barisan kelompok yang hak ekosob-sipolnya terpinggirkan.

Barada dimana kita dalam barisan simbol sejarah itu? apakah kita berada dalam barisan Fiaraun yang memproduksi pelanggaran HAM melalui moralitas dan pengetahuan yang menipu, kita berada di barisan Ibrahim yang mempersiapkan instrument dan metode untuk mendongkel firauan dengan tata nilai yang memanusiakan manusia, atau kita di kelompok ketiga kelompok mayoritas, dengan jumlah paling banyak, bagai buih di lautan, banyak yang terombang-ambing tak menentu apakah akan meletakan pilihan hidup menjadi objek dari barisan kekuasaan Firaun yang penuh dengan penistaan terhadap kemanusiaan, kehilangan hak ekosob-sipol atau berada di barisan Ibrahim menjadi manusia merdeka yang mencoret pebudakan, penistaan terhadap kemanusiaan dari kamus hidup ?

Dalam catatan sejarah, yang kuketahui Tuhan tidak pernah berpihak terhadap mereka yang lemah, hanya mereka yang mau merubah diri menjadi orang-orang kuat, tegar, berani dan berpengetahuan yang dia bela. Tuhan mempertegas ketidakberpihakkanya terhadap mereka yang lemah dalam sebuah catatan indah “bahwa dia tidak berkenan merubah nasib suatu kaum (lemah) sebelum kaum itu mengatasi kelemahannya”. Perjuangan ibrahim-ibrahim sebagaimana kita temukan dalam skrip adalah perjuangan orang-orang yang mau merubah diri: mengatasi kelemahan kemudian lahir menjadi manusia baru. Mungkin kita lupa bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit dari jumlah mereka yang di kuasai, bumi memang diciptakan untuk orang-orang yang berani, mereka yang takut hanya akan menjadi budak, terhisap dan terpinggirkan. Wasalam.


Maridan – Balikpapan, antara 11 – 13 oktober 2009




Hari Dermanto

Terinspirasi oleh :
• Buku kisah-kisah nabi Allah dan Quran
• Tugas Cendiakiawan Muslim, Islam agama protes, Ideologi kaum intelektual, Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, karya Ali Shariati
• Larasati, Panggil aku Kartini saja, Bumi manusia karya Pramoedya Ananta Toer
• Ceramah Inspiratif Nawa dan Rijal

Komentar

Postingan Populer