Zahra : Aku Mau Sekolah di Amerika!!
Aku menjanjikan
untuk membingkiskan tulisan sebagai kado di setiap ulang tahunmu, maaf kalo
kado ini agak terlambat, bukan karena kesibukan, mungkin karena aku agak sulit
memaksa diri untuk meluangkan waktu menulis, meski banyak memori tentangmu
selama 1 (satu) tahun ini yang seliweran (hilir mudik) di benakku, yang ingin
ku torehkan sebagai kadoku buatmu. Dari banyak hal yang beredar di kepalaku,
semangatmu untuk sekolah di Amerika begitu sering hadir, mungkin itu yang ingin
ku ceritakan, dan beberapa hal lain yang menurutku bisa menjadi catatan penting
untuk di baca.
“Aku mau
sekolah di Amerika pa” katamu dengan penuh optimis dengan mata yang berbinar,
ketika aku memandikanmu disuatu pagi, aku senang mendengar pernyataan yang
untuk kesekian kalinya kau utarakan, meski hingga kini aku gak tahu apa yang
ada di fikiranmu tentang Amerika, negara adidaya yang sering menerapkan
politik standar ganda, apalagi terhadap kasus Palestina. Yang jelas ketika
mendengar pernyataan penuh hasrat itu aku kaget, tentu saja, diusiamu yang
belum ganjil 5 (lima) tahun kau sudah punya rencana tentang bagaimana kau
beberapa tahun kedepan.
“waw hebat nak,
kalo mau sekolah di luar negeri harus bisa bahasa inggris nak” jawabku dengan
penuh kekaguman sekaligus menantangmu, sembari menyabuni badanmu. “bapa kan
sudah bilang berkali-kali” jawabmu spontan, akupun tertawa “oh iya ya, bapa
lupa” kataku, membuat pengakuan yang menurutku akan membanggakanmu, membesarkan
jiwamu. Terus terang aku tidak pernah berani mengecilkan hatimu dengan berkata
tidak mungkin, karena bapa percaya tidak ada yang tidak mungkin, dan caraku
memungkinkan keinginanmu untuk ke Amerika dengan nada antusias dan
suportif.
Syukurnya sikap
serupa juga di tunjukan mamamu, dia memotivasimu sama seperti aku, dengan
mengenalkan warna, dan benda-bendar yang ada disekitar dengan bahasa inggris.
Hasilnya, kau begitu luar biasa, kau bisa menyebutkan bahasa inggris warna-warna
dasar, menyebut nama-nama hewan dengan sebutan inggris, dan belakangan kaupun
menyapaku dengan sebutan “Father” terkadang “dad”, mamamu kau sapa “mother”
terkadang “mam” dan adikmu Aliya Zakkiyah kau sebut dia “Sister”.
Untuk mendukung
hasrat besarmu ke Amerika, dan keingintahuanmu tentang kosakata bahasa Inggris,
akupun membeli kamus, yang selalu ku gunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaanmu tentang benda-benda yang ingin kau ketahui sebutannya
dalam bahasa Inggris. Karena aku, mamamu tidak ingin membiarkan hasratmu untuk
tahu dijawab dengan “tidak tahu”.
Kau tahu, suatu
ketika mamamu pernah bercerita padaku, tentang aktivitasmu di sekolah,
ketika gurumu bertanya sebutan dalam bahasa inggris warna ungu (semoga benar)
kepada seluruh siswa di kelasmu, tetapi tidak ada yang bisa menjawab kemudian
kau dengan berani mengangkat tangan dan menyebutkannya. Kau tahu ketika cerita
itu disampaikan mamamu kepadaku, ada kebahagiaan menyelimuti perasaanku, kau
seperti sedang berusaha secara alamiah memenuhi sebab-sebab untuk mewujudkan
keinginanmu sekolah ke Amerika. Meski banyak sebab lain, tapi aku yakin
sebab-sebab itu akan kau raih diumur-umurmu berikutnya.
Ha ha ha ha,
terlintas dalam benakku peristiwa ketika kita tinggal di Bontang, kau mengucapkan
dialog yang seolah-olah itu bahasa inggris tapi tidak bisa dipahami sebagai
bahasa inggris“sing sing song song, yes, ok” ketika aku dan mamamu berdialog
dengan bahasa Inggris atau ketika menjawab pertanyaanmu dengan bahasa Inggris.
Bukan hanya ke
Amerika, kau pernah menyebutkan keinginanmu ke Jepang dan Kanada, mengenai
keinginanmu ke Jepang aku kurang tahu asal muasalnya dari apa, tapi mengenai
keinginanmu ke Kanada itu kau peroleh ketika kau mendengar mamamu menceritakan
Novel : Ranah 3 Warna, salah satu buku Trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis A
Fuadi, bercerita tentang pengalamannya di Kanada.
Sekali lagi
tidak pernah terbesit keraguan dalam benak kami ketika kau utarakan
keinginan-keinginanmu mengunjungi negeri-negeri jauh di belahan bumi utara
sana.
Enviromentalis
Kau tahu, kau
memiliki perhatian soal sampah. Pernah memarahi teman-temanmu ketika hendak
membuang sampah ke parit yang berada di depan rumah kontrakan kita, kau teriki
mereka “itu ada bak sampah, jangan buang sampah sembarangan tahu” katamu
lantang, yang diikuti dengan sikap teman-temanmu tersebut.
Aku ingat
beberapa kali ketika kita pergi ke taman Adipura yang kebetulan dekat dengan
tempat kita tinggal, kau kerap memintaku memungut sampah yang berserakan, kau
mengantongi sampah bekas permenmu ke saku bajumu, atau memintaku mengantonginya
ketika kau dapati tidak ada saku bajumu. Ketika banyak orang (anak-anak dan
dewasa) kerap dengan seenaknya membuang sampah disemberang tempat hata dia
duduk disamping bak sampah, kau tidak terpengaruh dengan kebiasaan itu.
“kalo kamu
bukan orang sembarangan, jangan buang sampah sembarangan” katamu mengikuti
kalimat seorang pelajar kelas 2 sma di bandung yang mendapat gelar sebagai ratu
sampah, yang hadir sebagai tamu di acara talk show Kick andy. "jangan
buang sampah sembarangan, bumi kita akan jadi gurun" ini kalimatmu yang
lain soal sampah, entah kau peroleh dari mana.
Secara
keseluruhan kau anak kecil yang mengagumkan, caramu berkomunikasi, tutur
katamu, meski kadang aku terpancing emosi karenanya, ha ha ha ha.
Kutulis ini
melalui bilik tempat tinggal kita di Gang Buntu, bilik 4 x 5 meter yang sering
menjadi pusat kegiatan kita ketika di rumah, nonton, berdiskusi, belajar dan
tidur.
Balikpapan, 18
Desember 2012
Hari Dermanto
Komentar
Posting Komentar