Kemenangan Sunyi
Berdasarkan keputusan yang
diambil dalam forum PNLH XII, ditetapkan proses pemilihan Dewan Nasional dan
Direktur Eksekutif Nasional Walhi dilakukan secara bersamaan, setiap pemegang
suara diberi kertas suara Dewan Nasional dan Eksekutif Nasional untuk diplih.
Ruang Pemilihan dikosongkan, selanjutnya Pimpinan Sidang PNLH XII akan
mempersilahkan pemilih berdasarkan regional untuk memasuki ruangan dan
mempersiapkan diri, kemudian ID Card yang menjadi penanda peserta untuk memilih
akan diambil oleh panitia setelah peserta menggunakan hak suaranya.
Pencobolosan dimulai sekira pukul
4 sore, suasana diluar ruang tempat pemilihan begitu riuh, meski mendung datang
entah pertanda apa. Pimpinan sidang PNLH XII memanggil peserta berdasarkan
regional untuk memasuki ruang pemilihan dimulai dari Aceh hingga papua,
berangsur-angsur pemilih menggunakan haknya mencoblos Dewan Nasional dan
Direktur Ekskutif Nasional, sekira pukul 20 proses pemilihan telah
diselesaikan, kemudian dilanjutkan kepenghitungan, tidak semua peserta yang
telah menggunakan hak suaranya memilih menetap di dalam ruang sidang PNLH XII,
satu persatu, beringsut-ingsut keluar meninggalkan ruangan, pada saat
penghitungan suara Dewan Nasional sekira setengah dari peserta, peninjau
meninggalkan ruangan.
Sekira pukul 22.00 penghitungan
suara Direktur Ekskutif Nasional dimulai, 15 menit penghitungan berjalan,
listrik di Jakabaring padam total, seketika ruangan penghitungan ricuh, mereka
yang berkepentingan dengan penghitungan suara langsung memadati tempat
penghitungan suara, dengan cepat dan siaga panitia PNLH XII membentuk pagar
betis mengelilingi surat suara, diikuti dengan diaktifikannya pencahayaan suara
dari phoncell canggih yang dimiliki oleh mereka. Peristiwa ini sempat membuat
penghitungan suara dihentikan, beberapa saat panitia menyorot tempat
dilangsungkanya penghitungan suara dengan lampu mobil, setelah melakukan proses
diskusi dengan panitia, SC, OC dan Tim Pemenangan masing-masing calon, akhirnya
penghitungan suara dengan penerangan seadanya dilanjutkan, sekira 45 menit
kemudian listrik kembali menyala.
Keadaan listrik padam pada saat
penghitungan suara Direktur Eksekutif Nasional tidak merubah keadaan ruangan,
mereka yang meninggalkan ruang tempat berlangsungnya penghitungan suara tidak
terusik untuk kembali, ruang tempat pemungutan dan penghitungan suara PNLH XII terasa
lengang, banyak bangku kosong, tidak ada kegaduhan dan antusiasme peserta.
Tidak sebagaimana yang terjadi 4
(empat) tahun silam, kala Albert Nego Tarigan, Ali Akbar dan Riza Damanik
bersaing merebut puncak pimpinan Walhi pada PNLH XI di Balikpapan, seluruh
peserta, peninjau bahkan yang takterdaftar memadati ruang penghitungan suara, semua
begitu antusias menanti siapa gerangan yang akan memimpin Walhi 4 tahun
mendatang, pada PNLH XII berangsur-angsur peserta, peninjau memilih
meninggalkan ruangan, dengan berbagai alasan yang sangat subyektif, boleh jadi
lelah karena agenda PNLH yang padat, kegiatan ngopi dan ngobrol diluar ruang
PNLH XII lebih asik dibanding mendengar penghitungan (toh dari luar gedung hasil
penghitungan masih dapat diamati), atau karena sebagian dari mereka sudah tahu
siapa yang akan menjadi Direktur PNLH XII (sebagaimana gosip yang beredar bu
Yaya telah menang di atas kertas).
Belum perhitungan selesai
dilakukan oleh pimpinan sidang, sekira pukul 02 dinihari (28/april) telah
diketahui Direktur Eksekutif Walhi Nasional, suara pemilih Yaya telah jauh
meninggalkan bung Rio yang merupakan pesaing terdekat dan jumlah suara Yaya
suda lebih dari setengah jumlah pemilih, kemudian sekira pukul 02.30 Pimpinan
Sidang PNLH XII membacakan dan menetapkan hasil pemilihan Dewan Nasional dan
Direktur Eksekutif Nasional Walhi diruangan yang lengang, gaduh memenuhi
ruangan, tetapi tetap terasa berbeda karena gaduh ini hanya dibuat segelintir
orang, tidak sampai 100 orang dari 600 walhiawan dan walhiawati yang hadir.
Kegaduhan hanya dibuat oleh mereka yang
“punya kepentingan langsung” dengan direktur terpilih pasca PNLH XII
usai, mereka para pendukung, pneggerak, pendikte pemilik suara yang mereka
bawa, mereka: eksekutif daerah, dewan daerah, eksekutif nasional demisioner,
dan Dewan Nasional dan Eksekutif Nasional demisioner.
Situasi tersebut menyebabkan
kemenangan Yaya, terasa hambar, menang
dengan banyak dukungan 2/3 dari pemilih yang hadir tanpa disaksikan oleh
sebagian besar yang memilihnya, pun ketika Yaya menyampaikan sambutannya
sebagai Direktur terpilih, aroma kemenangan yang “getir” lebih terasa
dibandingkan dengan kemenangan yang
menggelora karena sebuah gagasan yang membumi yang menyebabkan pemilih
perlu menyaksikan Pidato pertama sang Direktur.
Petanda apakah gerangan, apakah
dia tidak diharapkan, tentu asumsi itu terbantahkaun dengan signifikannya
perolehan suara, atau apakah yang memilihnya adalah para “robot” memilih karena
perdagangan (program atau uang), atau karena kehendak senior (tekanan), atau
kembali ke premis awal peserta lelah dan telah mengetahui siapa direktur Walhi
terpilih sejak kedatangannya ke PNLH XII Walhi.
Apapun itu terpilihnya Yaya di
momen PNLH XII Walhi begitu sunyi, meski dia menang dan tersenyum dengan hasil,
tapi tidak dapat dipungkiri tanda tanya ada dibenaknya, kemana mereka yang
mendukungku, apakah aku pilihan yang tidak diharapkan?, aku juga ingin disambut
dengan kemeriahan sebagaimana direktur terpilih sebelumku? suasana getir
semakin dikuatkan dengan semakin berkurangnya pencahayaan ruangan saat itu.
Meski banyak yang tersenyum dengan kemenangannya, mengelukan namanya, mencoba
membuat moment indah baginya, tapi ketahuilah yang ada disekitarnya saat itu
hanya tim sukses, Stering Commite, Panitia, yang umumnya bukan peserta pemilik
suara, ditambah dengan 9 (sembilan) orang Pimpinan Sidang.
Komentar
Posting Komentar