Demokrasi
hari pertama di Tahun 2017 (1 Januari)
langit cerah setelah semalam hujan sempat menyapu menjelang pergantian tahun, aku, istri, zahra dan zakiya berkumpul. Saya berinisiatif untuk mengajak berdoa bareng dan meletakan harapan-harapan kami di tahun ini, kemudian lahirlah target kami untuk bisa liburan keluarga tahun ini, seperti biasa Zahra (anakku yang paling tua) berinisiatif. Zahra, dengan penuh semangat menyebut tempat-tempat yang dikunjung. "bapa kemana?" tanyanya, "Bapa pilih ke derawan, dan bapak tidak setuju kalo pilihan perjalanan kita harus ke Jawa" jawabku, istriku mengingatkan "katanya dulu mau ke Palu?, kalo mama sich maunya ke raja ampat" ujar Istri, "Kaka pilihanya kemana?" tanyaku "Kalo kaka sich maunya ke jakarta, dan kita nginep di hotel bintang lima ya" katanya semangat, "kalo ade mau jalan kemana?" ditanya seperti itu dia hanya senyum-senyum.
"pilihan kita banyak, semua berbeda-beda, sebaiknya kita ambil suara" pancingku
"kita buat kaya arisan" ujar zahra, sembari merobek kertas yang berisi tempat-tempat wisata, menjadi empat bagian: No. 1 Derawan Berau No. 2 Jakarta No. 3 Balik No. 4 Raja Empat, kemudian dia mempersilahkan setiap orang ambil satu, dan hasilnya sudah bisa diketahui setiap orang memengang satu pilihan.
"Bagaimana ini" tanyanya bingung karena meski pilihan berbeda, tetapi karena satu orang memegang satu suara maka tidak ada yang dominan.
"Bapa usul kita buat 12 potong kertas, setiap orang punya 3 nama, dan kemudian setiap orang mencabut satu kertas, yang paling banyak yang akan menentukan tempat wisata" kataku sedikit menjelaskan
"setuju, ide menarik" kata Zahra, disambut gembira si Ade, sedangkan istri hanya senyum-senyum
setelah selesai, akhirnya penarikan kertas dilakukan, nama saya muncul dua kali, istri sekali dan zakiya (si kecil) sekali, berdasarkan kesepakatan akulah yang menjadi penentu.
"bapa yang menang, jadi tahun ini agenda kita ke Derawan, Berau"
"ya bapa" kata zahra
"tenang nak, kita kesana naik pesawat" istriku sigap menyergah kecewa
"Naik Pesawat?"
"Iya"
"Horeeeee" teriak Zahra dan Zakiya
"nginepnya di hotel bintang lima ya pa" kata Zahra menodong
"di Berau gak ada hotel bintang lima nak" kataku
"tunggu dulu saya cari ya" katanya dilanjutkan mengambil ponsel canggih, kemudian ditemukan Hotel Derawan Indah
"Pa ada Hotel Bintang di Berau, Derawan Indah, Hotel Bintang tiga" sergahnya, menodong, ditengah keceriaan Zakiya yang masih melompat-lompat di kasur, keriangan "hore naik pesawat" katanya dengan gemas.
itulah penggalan kisah demokrasi kami, dalam beberapa hal. meski saya menjadi pemenang yang menentukan tempat dimana harus berlibur, tapi dalam kemenangan saya gak bisa otoriter karena harus memperhatikan suara-suara anak-anak yang memberi tawaran.
langit cerah setelah semalam hujan sempat menyapu menjelang pergantian tahun, aku, istri, zahra dan zakiya berkumpul. Saya berinisiatif untuk mengajak berdoa bareng dan meletakan harapan-harapan kami di tahun ini, kemudian lahirlah target kami untuk bisa liburan keluarga tahun ini, seperti biasa Zahra (anakku yang paling tua) berinisiatif. Zahra, dengan penuh semangat menyebut tempat-tempat yang dikunjung. "bapa kemana?" tanyanya, "Bapa pilih ke derawan, dan bapak tidak setuju kalo pilihan perjalanan kita harus ke Jawa" jawabku, istriku mengingatkan "katanya dulu mau ke Palu?, kalo mama sich maunya ke raja ampat" ujar Istri, "Kaka pilihanya kemana?" tanyaku "Kalo kaka sich maunya ke jakarta, dan kita nginep di hotel bintang lima ya" katanya semangat, "kalo ade mau jalan kemana?" ditanya seperti itu dia hanya senyum-senyum.
"pilihan kita banyak, semua berbeda-beda, sebaiknya kita ambil suara" pancingku
"kita buat kaya arisan" ujar zahra, sembari merobek kertas yang berisi tempat-tempat wisata, menjadi empat bagian: No. 1 Derawan Berau No. 2 Jakarta No. 3 Balik No. 4 Raja Empat, kemudian dia mempersilahkan setiap orang ambil satu, dan hasilnya sudah bisa diketahui setiap orang memengang satu pilihan.
"Bagaimana ini" tanyanya bingung karena meski pilihan berbeda, tetapi karena satu orang memegang satu suara maka tidak ada yang dominan.
"Bapa usul kita buat 12 potong kertas, setiap orang punya 3 nama, dan kemudian setiap orang mencabut satu kertas, yang paling banyak yang akan menentukan tempat wisata" kataku sedikit menjelaskan
"setuju, ide menarik" kata Zahra, disambut gembira si Ade, sedangkan istri hanya senyum-senyum
setelah selesai, akhirnya penarikan kertas dilakukan, nama saya muncul dua kali, istri sekali dan zakiya (si kecil) sekali, berdasarkan kesepakatan akulah yang menjadi penentu.
"bapa yang menang, jadi tahun ini agenda kita ke Derawan, Berau"
"ya bapa" kata zahra
"tenang nak, kita kesana naik pesawat" istriku sigap menyergah kecewa
"Naik Pesawat?"
"Iya"
"Horeeeee" teriak Zahra dan Zakiya
"nginepnya di hotel bintang lima ya pa" kata Zahra menodong
"di Berau gak ada hotel bintang lima nak" kataku
"tunggu dulu saya cari ya" katanya dilanjutkan mengambil ponsel canggih, kemudian ditemukan Hotel Derawan Indah
"Pa ada Hotel Bintang di Berau, Derawan Indah, Hotel Bintang tiga" sergahnya, menodong, ditengah keceriaan Zakiya yang masih melompat-lompat di kasur, keriangan "hore naik pesawat" katanya dengan gemas.
itulah penggalan kisah demokrasi kami, dalam beberapa hal. meski saya menjadi pemenang yang menentukan tempat dimana harus berlibur, tapi dalam kemenangan saya gak bisa otoriter karena harus memperhatikan suara-suara anak-anak yang memberi tawaran.
Komentar
Posting Komentar