Kearifan Seorang Supir

Namnya Pardi, umurnya kurang lebih 59 tahun, tubuhnya gempal dan berotot, kulitnya hitam legam, umurnya banyak dihabiskan dijalan, dia seorang supir, pertemuanku dengan dia ketika aku diminta bantuin salah satu BPR di Bontang, kebetulan kami tinggal di mess yang sama, berada dibilangan Berbas, persis di belakang Hotel Garuda jalan Ir. Soekarno Hatta, Bontang.

di Mess tempat kami tenggal, sering kali waktu kubiarkan berlalu untuk mendengar cerita dan pengalamannya hidup di jalanan, sebagai supir. dari dia juga aku ketahui 3 (tiga) kebiasaan supir, yang tidak dia lakukan: Minum, Judi dan Perempuan, tiga hal itu menurutnya yang membuat banyak orang-orang yang berprofesi sama dengan dirinya tidak maju.

umurnya mendekati uzur, cita-citanya mendorong anaknya memiliki keheidupan jauh lebih baik dari apa yang dia peroleh membuat semangat bekerja dalam dirinya seperti tidak pernah padam, bayangkan dia seorang supir yang harus melintasi Balikpapan, Samarinda dan Bontang, dengan target kerjaan yang cukup tinggi tapi tidak membuatnya mundur kemudian mengubur rapat-rapat cita-citanya itu.

darinya aku memperoleh resep bekerja yang baik, menurutnya penghasilan itu memang salah satu yang membuat kita bekerja, tetapi ada yang jauh lebih dari itu, menurutnya bagaimana menyetel hati untuk nyaman dengan pekerjaan. "apapun kerjaan yang kita jalani sebesar apapun gaji yang kita peroleh, kalo hati kita tidak senang sepertinya tidak menjadi sesuatu yang memberikan manfaat, karena pekerjaan kita menjadi tidak maksimal" katanya satu ketika di beranda dapur.

aku teringat ungkapan Sayidina Ali, ketika kau bertemu dengan orang tua tanamkan di kepalamu bahwa dia adalah orang yang telah mengerjakan banyak amal....dalam setiap kesempatan ngobrol dengannya, aku seperti menjadi orang yang hanya ingin mengetahui bagaimana dia hidup, apa saja yang dia sedang siapkan untuk generasinya. Untuk seorang pekerja kasar (supir) pa Pardi sudah memiliki rumah untuk dibagikan kepada anak-anaknya, dia mampu menyekolahkan anaknya, saat ini anaknya yang pertama adalah seorang mahasiswa di STIKOM balikpapan dan anaknya yang kedua sedang menempuh pendidikan sekolah menengah pertama.

Pa Pardi, tidak hidup untuk dirinya, tapi di sedang menciptakan generasi baru yang lebih baik, katanya "sekolahku SDpun tidak lulus, tapi yang aku mau anakku harus lebih baik dari apa yang saya peroleh, dia tidak harus merasakan apa yang kurasakan" keinginan untuk menciptakan generasi terbaik dari dirinya, seperti energi yang menyusup kesel-sel ototnya yang memberi semangat, untuk menyenangi pekerjaanya yang keras, kasar dan beresiko itu.


Bontang, 29 Maret 2011



HD
dari bilik kerja

Komentar

Postingan Populer