PUNK : Gerakan Counter Cultur atau Gerakan Fashion??

Hari sabtu dan minggu (tanggal 12 dan 13 maret 2011) di gedung Ainia Rasyifa Tanjung Laut, kota Bontang dipadati gerombolan anak muda dari umur belasan tahun sampai dengan 30an tahun, penampilan mereka unik dan nyentrik, umumnya mereka menggunakan pakaian berwarna gelap (hitam) dengan rantai, tindik telinga dengan lubang besar,celana ngepres sepanjang kaki, ada juga yang menggunakan stocking, sepatu boots tinggi, rambut berdiri tegak ala suku Indian (MoHawk), banyak diantaranya menggunakan baju yang sengaja dirobek dan minim untuk memperlihatkan seni tattoo di sekujur tubuhnya. Mereka anak-anak Punk dan Metal yang berasal dari berbagai daerah : Banjarmasin, Kandangan, Berabai, Tanjung, Balikpapan, Samrinda, Tenggarong, Bontang, Surabaya bahkan Batam, ke Bontang untuk menghadiri pertunjukan music PUNK dan Metal.

Menurut salah seorang pengunjung yang berasal dari komunitas PUNK Batam, sengaja dia datang dari jauh untuk menghadiri acara ini karena memberi kesempatan dia untuk bertemu dengan komunitas PUNK daerah lain(bersilaturahmi), agar bisa ke Bontang atau ketempat lain yang mengadakan acara serupa, dalam setahun dia dan juga anak-anak PUNK selalu menyisihkan dana dari aktivitas ekonomi yang mereka geluti, yang umumnya ekonomi nonformal, mereka menjual kreatifitas PUNK seperti T-shirt, sweeter, celana, pernak-pernik yang berhubungan dengan Punk, penjualan album-album punk (kaset dan cd) yang berasal dari Indi major label, majalah, amblem yang berisi kata-kata protest dan perlawanan, ada juga yang menyisihkan penghasilan sebagai seniman tattoo dan pengamen jalanan.

Sangat terasa semangat perlawanan (antagonisme) anak-anak PUNK dari penampilan mereka pada acara tersebut, semangat perlawanan terhadap penampilan mapan yang merupakan produksi dari system ekonomi dominan yang telah menjadi struktur baru yang terus di reproduksi melalui agen-agen ekspansinya (iklan, sinetron dan hollywood). Meskipun pilihan pakaian mreka menjadi antitesa terhadap struktur berpakaian yang diproduksi ekonomi aliran kapitalisme, pada akhirya terbuka ruang kritis bahwa penampilan mereka pada dasarnya adalah produk kapitalisme, fashion PUNK yang mencerminkan perlawanan menjadi budaya massa (populer) sehingga sangat terbuka menjadi produk kapitalisme yang selama ini mereka kritik. akhirnya, PUNK mengalami perubahan dari budaya kritis menjadi budaya fashion yang memberi keuntungan. Sehingga menilai gerakan PUNK dengan pendekatan pakaian dan pernak-pernik yang mereka gunakan akan sangat sulit mempertemukan kita dengan semangat (esensi) perlawanan sebenarnya.

Ide semangat perlawanan PUNK, untuk pertama kalinya dikenalkan oleh kelompok pemuda pekerja di Inggris kemudian meluas ke Amerika serikat karena satu situasi kemersotan moral politik. di tinjau dari sisi sejarah PUNK pada awalnya merupakan gerakan counter cultur. Gerakan budaya tanding PUNK pada awalnya mengusung nilai-nilai kemanusiaan, persamaan, dan anti perang. Seperti semangat yang diwakilkan oleh Mohawk rambut mereka yang mereka artikan sebagai identitas dari berdiri, tegak dan sejajar. Semangat Mohawk merupakan semangat untuk merdeka dan egaliter, diambil diri cirri khas rambut masyarakat indian yang mengalami marginalisasi dan melakukan perlawanan yang kebetulan memiliki cirri rambut Mohawk.

Falsafah berdiri, tegak dan sejajar mengandung pengertian sebagaimana semangat yang diperjuangkan masyarakat Indian dari marginalisasi masyarkat pendatang, yakni membangun kemerdekaan dan persamaan. Semangat PUNK dalam mengkritik struktur social yang memarginalisasi dan bahkan menindas, pada dasarnya bertujuan untuk menyuarakan kemerdekaan dan persamaan. Sehingga makna anti kemapanan masyarakat PUNK adalah menolak system yang menyebabkan orang terjajah dan tidak memiliki kesamaan, juga berlaku terhadap kelompok atau komunitas yang berdiam diri dalam ketertindasan, yang menikmati hidup dari menindas, dan yang tidak memiliki solidaritas sosial baik terhadap manusia dan alam. Sehingga suara PUNK sangat Humanis: anti perang, anti eksploitasi perempuan dan alam.

Faktanya, pada moment tersebut aku menyaksikan bahwa masyarakat PUNK yang hadir tidak cukup baik memelihara kebersihan, banyak sampah makanan mereka berhamburan, puntung rokok mereka mengotori gedung, sampai-sampai bekas kotak rokok mereka bertaburan tanpa kompromi. Jika tidak memenuhi etika social merupakan cara hidup masyarakat PUNK maka mereka seharusnya mulai mengkritik dirinya, perilaku mereka telah memperbudak tugas kebersihan. Bahwa semangat berdiri, tegak dan sejajar tidak mereka wujudkan dalam praktek kehidupan sosial mereka, bahkan lebih terkesan bahwa masyarakat PUNK yang saya temui kemaren lebih sebagai komunitas Fashion, bukan komunitas yang mendorong kesetaraan sosial dan kemerdekaan.

PUNK yang saya saksikan kemaren, tidak ubahnya seperti peragaan fashion (penampilan dan potongan rambut) di pasar malam, kelompok yang euforia dengan identitas yang tidak umum, mengingatkan aku pada kritik PUNK yang dilontarkan seorang sahabat, Adin, bahwa PUNK yang ada saat ini hanya dalam balutan penampilan, ambil styilenya buang esensinya. Untuk dikatakan sebagai masyarakat ideolgois sepertinya jauh, semangat berdiri, tegak dan sejajar jauh dari pelaksanaan. Tidak mencerminkan bahwa PUNK adalah sikap hidup. Jika PUNK melawan segala bentuk kemapanan nampaknya masyarakat PUNK yang hadir kemaren harus mengkritik dirinya terlebih dahulu. Pertanyaan saya berikutnya apa yang membedakan mereka dengan masyarakat POP? PUNK….oh ….PUNK

Bontang, 14 Maret 2010


HD
Dari bilik ruang kerja

Komentar

Postingan Populer