Ujian Idealisme

Sebuat saja namaku….. hem apalah arti sebuah nama, aku hanya ingin bercerita, bercerita tentang apa yang kualami ditempat kerja. Ketika masih kuliah aku seoang aktivis, aku belajar tentang nilai-nilai perlawanan, dari semua aliran yang mengajari perlawanan, belajar melalui buku dan diskusi, baik aliran yang berbau sosialisme (marksisme), sosialisme ala Indonesia (Marhanisme), teologi pembebasan (gerakan katolik di amerika selatan), dan juga Islam.

Setelah lulus kuliah, dan aku bekerja, idealitasku mengalami pertentangan-pertentangan di posisi tempat aku bekerja, ketika kuliah aku selalu bergerak bersama kelompok-kelompok yang dalam hubungan kelas termarginalkan, kini aku dengan pengalamanku yang pernah menjadi aktivis (sosial) kampus mendapatkan tempat yang harus berhadap-hadapan dengan kelompok yang dulu sering kusuarakan hak-haknya, baik lewat orasi, tulisan dan dalam forum-forum ilmiah (seminar dan diskusi).

Disatu sisi dengan pengalamanku yang pernah berhiruk pikuk dengan aktivitas sosial (kemahasiswaan), aku bisa mengambil manfaat memperoleh jabatan, prestasi, karena pengalaman itu memberi kemampuan mengendalikan perlawanan yang berasal dari arus bawah (pekerja) ditempatku. Disisi yang lain, aku menjadi orang yang pernah kubenci, kucemooh, nilai-nilai tersebut masih terus membungkus kepala dan hati, yang selalu melahirkan rasa malu terhadap fikiran oportunis tersebut. Aku memilih bertahan dengan idealitas dengan konsekuensi didepak karena arus lebih kuat dari kemampuanku melawan atau sebaliknya aku menjadi penakluk, menciptakan arus baru.

Aku pernah mengungkapkan bahwa setiap idealitas dalam alam fikiran kita akan dihadapkan pada ujian, apakah kita akan bergeser, yang berarti menyerah, atau sebaliknya kita tertantang untuk melakukan pembuktian bahwa idealitas kita benar dan relevan. Hal ini yang kualami, ketika satu pagi diajak oleh dua orang pimpinan di perusahaan untuk bertemu dengan kepala Dinas tenaga kerja (Disnaker), dalam perjalanan kuketahui bahwa pertemuan itu untuk mempengaruhi sikap disnaker agar menolak tuntutan hak pesangon buruh yang telah di PHK oleh perusahaan tempatku bekerja karena mangkir kerja, aku belum tahu jelas kasus itu, perisitwa (mangkir) terjadi sebelum aku masuk, dalam perjalanan menuju tempat pertemuan kutangkap mereka merencanakan untuk mengalokasikan dana yang mereka sebut sebagai dana entertain (hiburan) untuk lembaga penegak hukum, bukankah seharusnya berikan saja kepada pekerja yang di PHK tersebut?.

Aku jengah dengan rencana itu, perasaanku bergejolak, aku merasa terhina, aku seorang sarjana hukum, kenapa harus bekerja dengan mekanisme di luar hukum (bahkan boleh dikata mengarah pada perbuatan melawan hukum), aku diperhadapkan dengan realitas yang selama ini kutolak, perasaanku meledak dan akupun bersuara, kukatakan pada mereka bahwa saya tidak sependapat dengan cara-cara seperti itu, karena cara-cara seperti itu bukan cara-cara yang dibenarkan dalam Hukum, kalo cara tersebut di tempuh, kita sedang membangun satu kebiasaan buruk terhadap aparat penegak hukum, hari ini kita member kedepan mereka akan meminta bahkan memalak bak perompak.

Dalam perjalanan pulang aku hanya diam, setiba di ruanganku kutuliskan pendapatku melalui email kepada yang bersangkutan, kukatakan pada mereka bahwa kalo memang perusahaan ini bergantung pada citra yang harus kita lakukan bukanlah mendekati polisi atau disnaker, tapi yang harus kita dekati adalah masyarakat melalui kegiatan pengembangan kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan (CSR, corporate social responcibility), atau uang yang akan digunakan untuk membayar jasa disnaker dan polisi digunakan untuk meningkatkan gaji karyawan, itu lebih baik, dengan peningkatan gaji karyawan kita melakukan investasi menyiapkan karyawan yang loyal dan memiliki integritas.

Selain itu, ketika perusahaan takut pekerja yang di PHK tersebut akan menyebarkan fitnah dan mengganggu stabilitas perusahaan dengan calon pelanggan maka bisa dilakukan counter opini, yang lebih penting apa yang menjadi haknya sebagai seorang yang di PHK karena malakukan mangkir kerja sebaiknya dipenuhi, karena dengan seperti itu gejolak akan teratasi. Itulah cerita singkatku, cerita tentang pergolakan hatiku, cerita tentang bagaimana idealitasku mengalami ujian. Kawanku, saudaraku, kekasihku, doakan aku untuk dapat mengatasi ujian-ujian yang datang kepadaku kelak, kepadaMu ya Allah kuserahkan diriku, lakukan padaku apa yang layak bagiMu.

Bontang, 4 Maret 2010



HD

Komentar

Postingan Populer