Kenapa Harus Nunggu Puasa?
ketika bulan Ramadhan datang, masyarakat muslim menyambutnya dengan gegap gempita, bagaimana tidak pada bulan ini Allah menjanjikan banyak hal kepada mereka yang menjalankan ibadah, pahala yang berlipat ganda lebih dari pahala atas perbuatan-perbuatan di bulan biasa, hingga penghapusan dosa. Janji Allah seperti diskon yang menggerakan orang untuk mendekat kemudian membeli produk-produknya, sholat limat waktu, zakat, sedekah tadarus alquran, tidur dan amal baik lainnya.
banyak orang yang mengalami perubahan lahiriah disaat puasa, menjadi lebih santun, menjaga kata-kata, menghindari pergunjingan, sopan, bibir yang tak pernah luput dari lafaz-lafaz suci quran. bulan ini begitu kuat menggerakan orang untuk berubah, entah apa latar belakang perubahan mereka yang berpuasa apakah karena janji Allah akan nikmat surga atau karena bulan ini adalah bulan yang tepat bagi muslim untuk membangun keintiman kepada Allah.
ibadah pedagang, budak dan orang merdeka
Sayidina Ali as pernah berujar tentang tiga jenis manusia dalam beribadah kepada Allah, pertama ibadahnya para pedagang, kedua ibadahnya para budak dan ketiga ibadahnya orang merdeka. Si pedagang dalam beribadah tak ubahnya seperti jual beli dimana sholat, zakat, puasa, sedeqah, tadarus yang dilakukannya sebagai sarana untuk mendapatkan surga dan penghapusan dosa. Si budak dalam beribadah biasanya didasarkan oleh rasa takut perasaan untuk menghindari siksa dunia dan akhirat. Sedangkan si Merdeka beribadah bukan karena persoalan bulan puasa, dia beribadah karena semata-mata untuk mendekatkan diri dengan penciptanya tidak perduli apakah kedekatannya akan menyebabkan dia memperoleh surga atau neraka. Secara lahiriah si pedagang, si budak dan si merdeka dalam beribadah di bulan puasa adalah sama mereka sama-sama melaksanakan tadarusan, bersedekah, zakat, menjaga diri dari perbuatan sia-sia.
mungkin yang membedakan jika si Pedagang dan Budak dalam menjalankan aktivitas puasa disertai dengan perhitungan untung dan rugi, mendapatkan ganjaran terhindar dari siksa dunia dan akhirat, sedangkan si Merdeka dia beribadah tanpa memandang bulan, tidak aji mumpung, karena puasa maka sedekah, karena puasa maka berbuat baik kepada sesama, karena puasa maka hati menjadi prihatin dan sesitif terhadap penderitaan orang lain, menjadi mudah nangis dan menghina kehidupan dunia.
saya, mungkin pembaca sekalian masuk dalam kategori pedagang dan budak dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini, semoga melalui bulan Ramadhan ini kita bisa naik kelas, dari yang awalnya beribadah kepada Allah karena takut (untuk menghindari siksa dunia dan akhir), atau karena ingin memperoleh keuntungan melalui ibadah di bulan Ramadhan, menjadi sebenar-benarnya Ibadah yakni mendekatkan diri kepada Allah, sehingga kita dapat menjadi makhluk yang mengamalkan sifat-sifat ilahiah dalam pergulatan hidup di Bumi.
Dalam sebuah hadis yang saya lupa sumbernya Rasulullah mengungkapkan “berakhlaklah dengan akhlak Allah” semoga bulan Ramadhan ini dapat menghantarkan kita pada kesatuan eksistensial dengan sang khalik, yang karenanya kita menjadi insan mulia yang menjadikan akhlak-akhlak Allah sebagai akhlak kehidupan kita (Wahdah Al Wujud), dan tentunya kita tidak menjadi orang yang baik, santun, penuh kasih sayang, sensisitif terhadap persoalan kehidupan disekitar kita tidak hanya pada saat puasa.
salam
banyak orang yang mengalami perubahan lahiriah disaat puasa, menjadi lebih santun, menjaga kata-kata, menghindari pergunjingan, sopan, bibir yang tak pernah luput dari lafaz-lafaz suci quran. bulan ini begitu kuat menggerakan orang untuk berubah, entah apa latar belakang perubahan mereka yang berpuasa apakah karena janji Allah akan nikmat surga atau karena bulan ini adalah bulan yang tepat bagi muslim untuk membangun keintiman kepada Allah.
ibadah pedagang, budak dan orang merdeka
Sayidina Ali as pernah berujar tentang tiga jenis manusia dalam beribadah kepada Allah, pertama ibadahnya para pedagang, kedua ibadahnya para budak dan ketiga ibadahnya orang merdeka. Si pedagang dalam beribadah tak ubahnya seperti jual beli dimana sholat, zakat, puasa, sedeqah, tadarus yang dilakukannya sebagai sarana untuk mendapatkan surga dan penghapusan dosa. Si budak dalam beribadah biasanya didasarkan oleh rasa takut perasaan untuk menghindari siksa dunia dan akhirat. Sedangkan si Merdeka beribadah bukan karena persoalan bulan puasa, dia beribadah karena semata-mata untuk mendekatkan diri dengan penciptanya tidak perduli apakah kedekatannya akan menyebabkan dia memperoleh surga atau neraka. Secara lahiriah si pedagang, si budak dan si merdeka dalam beribadah di bulan puasa adalah sama mereka sama-sama melaksanakan tadarusan, bersedekah, zakat, menjaga diri dari perbuatan sia-sia.
mungkin yang membedakan jika si Pedagang dan Budak dalam menjalankan aktivitas puasa disertai dengan perhitungan untung dan rugi, mendapatkan ganjaran terhindar dari siksa dunia dan akhirat, sedangkan si Merdeka dia beribadah tanpa memandang bulan, tidak aji mumpung, karena puasa maka sedekah, karena puasa maka berbuat baik kepada sesama, karena puasa maka hati menjadi prihatin dan sesitif terhadap penderitaan orang lain, menjadi mudah nangis dan menghina kehidupan dunia.
saya, mungkin pembaca sekalian masuk dalam kategori pedagang dan budak dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini, semoga melalui bulan Ramadhan ini kita bisa naik kelas, dari yang awalnya beribadah kepada Allah karena takut (untuk menghindari siksa dunia dan akhir), atau karena ingin memperoleh keuntungan melalui ibadah di bulan Ramadhan, menjadi sebenar-benarnya Ibadah yakni mendekatkan diri kepada Allah, sehingga kita dapat menjadi makhluk yang mengamalkan sifat-sifat ilahiah dalam pergulatan hidup di Bumi.
Dalam sebuah hadis yang saya lupa sumbernya Rasulullah mengungkapkan “berakhlaklah dengan akhlak Allah” semoga bulan Ramadhan ini dapat menghantarkan kita pada kesatuan eksistensial dengan sang khalik, yang karenanya kita menjadi insan mulia yang menjadikan akhlak-akhlak Allah sebagai akhlak kehidupan kita (Wahdah Al Wujud), dan tentunya kita tidak menjadi orang yang baik, santun, penuh kasih sayang, sensisitif terhadap persoalan kehidupan disekitar kita tidak hanya pada saat puasa.
salam
Komentar
Posting Komentar