Akademi Berbagi, Bukan Sekedar Tempat Berbagi

Sabtu 22 Oktober 2011, Akademi Berbagi (Akber) Balikpapan melaksanakan kegiatan perdana dengan bermodalkan waktu perencanaan yang singkat kurang lebih satu minggu. dengan bermodalkan kepercayaan diri, akhirnya langkah pun diayun disertai dengan semangat bahwa tidak ada kesuksesan dimulai tanpa diawali satu langkah berani. sampai dengan pukul 11.00 waktu yang direncanakan kegiatan perdana Akber Balikpapan dilaksanakan hanya ada segelincir orang yang hadir, dengan keyakinan dan kepercayaan diri akhirnya kegiatan tersebutpun tetapi dibuka dimulai dengan pemutaran sejarah AKBER pertama kali diadakan yakni di Jakarta, dilanjutkan berbagi cerita tentang keberadaan AKBER Balikpapan hingga sampai kegiatan perdana.

Saya merasa mendapat kehormatan karena menjadi bagian dari sejarah AKBER Balikpapan, menjadi peserta dalam kegiatan perdana, sekaligus menjadi Guru perdana. Pada kesempatan bersejarah AKBER Balikpapan saya diperkenankan membawakan materi berbagi berkaitan dengan hukum yang saya beri Judul “Menjadi Pembela Kepentingan Sendiri” meniti beratkan pada upaya hukum terhadap pelanggaran hak-hak konsumen. Pada kesempatan itu saya berhadapan dengan wajah-wajah baru dengan latar belakang yang beragam, antara lain: karyawan perusahaan swasta dan badan usaha milik Negara (BUMN), wirausahawan muda, penggiat fotografi, penggiat hukum, penggiat blog Balikpapan, mahasiswa, ustadz (ulama) muda dan penggiat teknologi informatika. Meskipun kegiatanperdana AKBER hanya dihadiri kurang lebih 16 orang tidak menyurutkan antusiasme dan hasrat ingin tahu mereka terhadap materi hukum yang saya bawakan, meminjam bahasa Dewi Hajar (kepala sekolah Akademi Berbagi) bukan jumlah peserta yang menjadi ukuran keberhasilan suatu kegiatan, yang terpenting adalah proses berbagi kesadaran didalam kegiatan tersebut.

Hampir 2 (dua) jam saya diperkenankan untuk berbagi dalam obrolan yang hangat dan konstruktif dengan mereka, kemudian dilanjutkan dengan agenda evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah, Dewi Hajar dan dinamisator Aakber Balikpapan. Terlintas dalam benak saya bahwa Akber Balikpapan akan menjadi wadah belajar alternative menjawab kebutuhan mereka (siapa pun) terhadap akses akan pengetahuan, mengingat mereka yang bergabung di Akber Balikpapan terdiri atas orang-orang dengan latar belakang yang berbeda.

Terkejut sekaligus takjub, mungkin itu kata yang bisa mewakili perasaan saya, hal ini disebabkan karena kegiatan yang berbau dengan pendidikan alternatif dapat dilaksanakan di Balikpapan oleh orang-orang yang statusnya adalah pekerja, dalam pandangan saya kegiatan seperti ini umumnya hanya mungkin didorong oleh kelompok mahasiswa atau aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Menurut saya ada beberapa hal penting dibalik keberadaan AKBER Balikpapan, pertama sebagai wadah menerima berbagai pengetahuan tentang apa yang disenangi seperti : jurnalisitik, hukum, marketing, teknologi, fotografi dan lain sebagainya kedua sarana bagi mereka (siapa saja) yang memiliki keahlian walau hanya satu ayat untuk berbagi kepada yang membutuhkan, ketiga dengan menjadi wadah berbagi pengetahuan maka Akber berperan sebagai wadah transformasi sosial, keempat tempat membangun jaringan (pertemanan).

Dengan demikian meski Balikpapan dikenal sebagai kota yang tidak ramah terhadap aktivitas pendidikan alternatif, melihat forum perdana AKBER Balikpapan saya merasa optimis bahwa kesimpulan tersebut hanya sementara dan suatu saat akan digantikan dengan kesimpulan “Balikpapan sebagai pusat aktivitas pendidikan kreatif di Kalimantan Timur”. Harapan saya tersebut senada dengan Riswan salah seorang dinamisator AKBER Balikpapan, meski AKBER Balikpapan tidak dibangun dengan keterlibatan Mahasiswa yang ada di Balikpapan semoga tetap dapat berperan terhadap menciptakan wajah pendidikan di Balikpapan.

Apa yang dilakukan oleh Dewi Hajar, Riswan (Laha) dan dinamisator AKBER Balikpapan merupakan awal yang baik bagi lahirnya budaya berbagi dan mencerdaskan siapapun dengan biaya murah, semoga Akber Balikpapan dapat dekat dengan masyarakat Balikpapan sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam memperoleh pengetahuan terhadap sesuatu tanpa harus mengeluarkan biaya, sehingga “tidak harus kaya untuk menjadi pintar, tetapi cukup dengan kesediaan berbagi maka kita menjadi pintar dan kaya” dengan demikian Akademi Berbagi tidak hanya sekedar tempat berbagi.

Salam

Komentar

Postingan Populer