Penghulu para Syuhada
Ya Husein
Sedikit yang kuketahui tentangmu, bagitu mengiris dan menyisahkan kepedihan, serta keagunganmu. Mampukan kami untuk menjadi barisan yang mencintaimu, menjadikan syahid sebagai gerbang pertemuan dengan Allah SWT Tuhan orang-orang yang teraniaya, Tuhan para Syuhada.
Adakah umat muslim tidak mengenal Al Husein?
Dia satu diantara dua pemuda penghulu surga, cucu Rasulullah, Ahlul Baith Nabi yang dalam Alquran Allah secara lugas mensucikan mereka, Putra Sayidina Ali bin Abi Tholib kesatria penakluk khaibar yang dicintai Allah dan Rasulnya, lahir dari rahim perempuan suci Syaida Fatimah Az Zahra yang kemarahannya, keridhoannya adalah juga kemarahan dan kerdhoan Rasulullah, diagungkan oleh Rasulullah dalam hadis “Husein dariku dan Aku dari Husein” dan banyak catatan tentang kemulian akhlaknya, salam shalawat semoga selalu tercurah atasnya dan mereka yang syahid bersamanya.
Tahukah kita bagaimana kematian Al Husein? Tahukah, bahwa manusia yang disucikan Allah dan diagungkan oleh Rasulullah ini mati di bantai oleh perbuatan ribuan balatentara muslim yang di utus oleh orang yang mengaku sebagai pemimpin Islam di tanah karbala bersama keluarganya yang hanya berjumlah 70an 10 muharam silam, dengan badan dan kepala terpisah di penggal oleh mereka.
Siapa yang tidak bersedih, terluka mengetahui kenyataan ini, bagaimana mungkin kita tidak bersedih di tengah pengetahuan kita tentang Al Husein pemuda yang di muliakan Allah dan Rasulnya mati dengan cara yang tidak adil oleh tindakan bala tentara Islam atas perintah orang yang mengaku sebagai khalifah muslim pada saat itu Yazid bin Muawiyah (laknat Allah atasnya), tahu kita tentang khalifah Islam yang menghalalkan dara Al Husein, Yazid bin Muawiyah sejarah mencatat bahwa pada massa kepemimpinannya terjadi penghalalan hal-hal yang diharamkan oleh rasullulah dan pengharaman hal-hal yang di halalkan oleh Rasulullah.
Tapi sayang sungguh sayang, logika dan perasaan untuk melihat sejarah tersebut secara jernih di politisir dan di eksploitisir sehingga apa yang terjadi pada Al Husein dianggap hanya kepentingan kelompok atau sekte tertentu dalam umat Islam bukan kepentingan umast Islam secara keseluruhan. Berita di Koran dan televisi ketika mereportasekan tentang Asyura (peringatan kematian Al Husein) selalu membuat posisi tegas bahwa itu adalah ritual atau ritus kegiatan Syiah, seolah-olah memperingatan atas kematian al Husein adalah bukan kepentingan umat Islam yang lain, atau tidak perlu diketahui, pemberitaan lebih terfokus tentang tindakan orang-orang yang histeris memukul dadanya.
Dimana logika dan rasa keberTuhanan kita letakan terhadap tragedy tersebut sehingga kita harus menganggapnya sebagai sebuah konflik politik, atau sejarah yang harus di lupakan. Seperti apa logika kita menghadapi proposisi teologis bahwa setiap yang dicintai oleh Rasulullah pastilah dicintai Allah SWT dan setiap mereka yang bertentangan dengan apa yang di cintai oleh Rasulullah apakah mungkin Allah SWT akan ridho kepadanya atau mencintainya, seperti apakah Al Husein di mata Rasulullah ? semua umat muslim membenarkan bahwa dia adalah pemuda yang dicintainya dan juga merupakan Ahlul baitnya, lantas seperti apa makna kepemimpinan Islam yang membantai Al Husein beserta keluarga dan keturunannya, masihkah kita menyingkirkan logika dan bangunan kesadaran kita melihat kenyataan bahwa setelah Rasulullah meninggal ternyata Islam telah di tinggalkan oleh umatnya, lebih parah Islam menjadi alat kekuasaan, adakah kita menerima konsep kepemimpinan Islam yang demikian karena dia seorang pemimpin maka sah baginya melanggar syariat ?
Salam bagimu ya Husein penghulu para Syuhada.
Allahuma Shali Ala Muhammad wa Ali Muhammad
salam kawan Hari Darmanto
BalasHapussaya sangat kagum dengan kemampuan disklosur anda dalam simplivikasi sejarah, karna hal ini sangat jarang dipahamai oleh masyarakat Islam itu sendiri hingga pempublikasian tentang relitas sejarah seperti yang telah saudara paparkan dalam deskripsi anda ada baiknya memang harus saling dan terus ditranpormasikan, baik dengan pendekatan dialog atau-pun dengan pertanyaan-pertanyaan yang primordial progresif seperti yang telah anda paparkan di atas. Namun satu hal yang
harus dijelaskan dan
diprtegas diawal dialog ini khususnya terhadap pelbagai masyarakat yang
awam dalam mendisklosur
sejarah dengan
setandarisasi
rasionalitasnya,
sehingga
tidak muncul
suatu
perdebatan
yang sia-sia/
kurang berpaidah, karna tujuan mengungkap jati diri Imam Husein sebagai penghulu para syuhada ke pada seluruh umat Islam yang multi persefsi itu sendiri bukan juga berarti kita membiarkan konfrontasi antagonisme pemahaman diantara sesama umat. meskipun kita tau bahwa distorsi sejarah yang mucul sekarang adalah mayoritas suatu bentuk propaganda dari ketamakan kekuasaan oleh mereka yang menjual agamanya, ternyata pakta lain asimetrisme pemahaman akan asejarah juga karna adanya dampak egoisme sekte yang melahirkan kekupuran realitas sejarah
tengkiyu bung ali
BalasHapussangat kontrukstif