Aku dan Kalian
kutatap mata itu dalam-dalam, kupahami ada perasaan yang belum selesai, ada kerinduan yang masih mengadu untuk dipuaskan, ya lagi-lagi aku pergi meninggalkan mereka istri dan anakku, dalam jerit hati di daun pintu menerawang jauh hingga aku menghilang di ujung mata. mata itu nanar, mengharu biru, selalu seperti itu tak tahan aku untuk pergi tapi aku memilih takdir untuk jauh, ingin ku pilih takdir untuk mereka, tapi betapa ketakutan menjeratku melawan takdir yang di tetapkan tuhan atas diriku.
mata itu seperti berteriak, jangan pergi, bawalah kami bersamamu, hampa kami tanpamu, begitupun, fikiranku mengalir deras, semakin langkahku menjauh, berjarak dengan mereka kurasakan ke hampaan menyelusup kedalam ruang hati, semakin jauh semakin hati menjadi kering karenanya, oh sayangku untuk kesekian kali aku memintamu untuk bersabar dan merelakan diri untuk memaafkan aku.
dalam rindu yang mendendam
di kecamuk gelisah
Balikpapan, 15 Juni 201o
mata itu seperti berteriak, jangan pergi, bawalah kami bersamamu, hampa kami tanpamu, begitupun, fikiranku mengalir deras, semakin langkahku menjauh, berjarak dengan mereka kurasakan ke hampaan menyelusup kedalam ruang hati, semakin jauh semakin hati menjadi kering karenanya, oh sayangku untuk kesekian kali aku memintamu untuk bersabar dan merelakan diri untuk memaafkan aku.
dalam rindu yang mendendam
di kecamuk gelisah
Balikpapan, 15 Juni 201o
Komentar
Posting Komentar