Senyum Bidadariku

sore 14 April 2011
setelah memperoleh Izin untuk tidak masuk kerja pada hari jumat 15 April 2011, setelah sebelumnya melakukan konfirmasi kepada Pak pardi bahwa saya mau ikut mobil gas yang dia kendarai, akhirnya pada pukul 19.15 wita, saya berangkat menumpang dump trak besar tersebut dan sampai di Samarinda sekitar pukul 11.45, sudah larut malam, karena sudah tidak ada transportasi umum menuju balikpapan akhirnya saya putuskan bermalam di lokasi pengisian Gas yang terletak di Samarinda Seberang, dan berharap bahwa jumat pagi saya bisa mendapat Bus pertama atau taxi gelap yang ke balikpapan.

15 April 2011
setelah melakukan aktivitas pagi, Pak Pardi menemaniku menunggu kendaraan yang bisa menghantarkanku ke Balikpapan untuk menunaikan niatku pulang menemui bidadariku (Istri dan Anakku) yang sudah lebih dari seblum ku tinggal sejak diminta untuk membantu (sebagai staf hukum) salah satu Bank yang ada di bontang. tidak lama menunggu sekitar pukul 06.00 kendaraan yang kunantikan tiba (taksi gelap), melalui negosiasi harga yang pantas dan sesuai dengan perhitungan untuk dapat bulak-balik bontang - paser akhirnya kuterima tawaran Rp. 30.000,-- setelah sebelumnya su supir meminta harga Rp. 50.000,--

dalam perjalanan fikiranku terus dipenuhi tentang perasaan indahnya pertemuan dengan bidadariku itu, seperti apa kebahagiaanku berada didekat mereka. tanpa terasa waktu tempu samarinda balikpapan begitu cepat hanya sekitar 1 (satu) jam 30 (tiga puluh) menit, pukul 07.30 wita saya telah sampai diterminal bus, setelah mengisih perut sekitar 15 menit perjalanan saya lanjutkan untuk mencari angkutan kota nomor 1 menuju pelabuhan kapal kelotok , sekitar pukul 08.00 wita saya sampai di pelabuhan kelotok, betapa beruntungnya saya, bahwa kelotok tersebut ternyata hanya menunggu kedatangan saya untuk berangkat, sekitar 08.15 kelotok berangkat menghantarkanku dan rombongan menuju kabupaten Penjam Paser Utara (PPU).

perasaanku masih diselimuti kebahagiaan, semakin jauh kelotok meninggalkan Balikpapan maka semakin dekat jarakku dengan bidadariku, sekitar 20 menit kelotok telah sampai di pelabuhan penyebrangan PPU, aku turun dengan gesit, tanpa basa-basi dan banyak bicara saya langsung bergerak menuju terminal angkutan antar kabupaten (PPU - Paser) dengan berjalan kaki, dengan dua pertimbangan, pertama pertimbangan kesehatan bahwa sudah lama rasanya saya tidak berolah raga pagi dan kedua pertimbangan keuangan kalo saya naik ojek meuju terminal kemungkinan keuangan saya untuk balik lagi ke Bontang dan untuk bertahan hidup selama kurang lebih 3 hari tidak cukup.

sekitar 15 menit aku berjalan menuju termina, sesampainya di terminal pukul 09.05 lagi-lagi hanya membutuhkan waktu 15 menit angkutan antar kabupaten tersebut bergerak meninggalkan penajaman, perlahan bergerak melewati kecamatan petung, waru dan babulu (PPU) dan melewati kecamatan longkali, longikis dan Kuaro (kab. Paser) dengan waktu tempuh sekitar 2 (dua) jam 15 (limabelas) menit, saya sampai di kuaro. pergerakan mobil melewati kecamatan yang ada di PPU dan memasuki Paser membuat perasaanku terus menderu, dideruh kerinduan yang teramat sangat, kerinduang untuk mengobrol, bercerita dan berbagi kasih dengan istri dan anakku. mendengarkan bagaimana pola lucu, cerdas anakku langsung tanpa harus melalui media telpon sebagaimana terjadi selama hampir 2 bulan ini. oh senangnya.

sekitar pukul 12.05 siang, angkutan antar kabupaten tersebut telah sampai di terminal kuaro, dengan sigap saya turun untuk pindah angkutan, tanpa menunggu lama angkutan dalam kabupaten yang menghantarkan penumpang kecamatan Kuaro-menuju kecamatan batu kajangpun telah ada, kegelisahan tidak sempat menggelayutiku karena tanpa menunggu waktu lama, angkutan menuju kawasan batu kajangpun berangkat. Alhamdulillah, betapa senangnya perasaanku, jarak pertemuanku dengan mereka bidadarikuu hanya sekita4r 23 kilo dengan waktu pertemuan sekitar 40 menit.

pukul 12.50 saya telah sampai di gerbang Desa Sungai Terik, hari jumat yang sangat terik, tidak ada ojek yang dapat menghantarkanku menuju rumah yang berjarakk kurang lebih 700 m, kerinduanku sudah memuncak, akhirnya kuputuskan untuk bergerak dengan langkah-langkah yang sangat cepat menuju rumah.

pukul 13.05, saya berada di hadapan rumah yang saya tujuh, hanya ada mertuaku (ibu dari istriku) di ruangan tengah sedang menonton TV, tanpa basa-basi saya langsung menuju tempat peraduan istri dan anakku, kudapati mereka sedang tertidur pulas. mungkin sadar akan kedatanganku istriku membuka mata, kudapati wajah kaget becampur bahagia, karena kedatanganku, ada haru dimatanya yang aku pahami karena rindu yang harus ditahan selama ini dan meledak dengan keberadaanku disaat itu. anakku, putri cantik nan cerdas yang sering kuceritakan dalam blog ini, masih terlelap, ketika akan menghampirinya dengan pelan istriku berbisik "dia baru saja tidur".

karena lelah yang teramat sangat, kunafifkan tawaran untuk langsung makan, aku memilih untuk beristirahat (tidur siang) untuk memulihkan kondisiku, dengan berbaring tepat berada di samping bidadari kecilku, Raisah Zahra.

dalam keadaan setengah sadar (tidur yang terjaga, tidur ayam) kurasakan kulit wajahku disentuh oleh kulit lembut, begitu juga dengan kulit tanganku, kurasakan juga ada badan yang memposisikan diri untuk dipeluk olehku, diserta bisikan lirih dari pemilik kulit tersebut "bapa". suara itu membangunkanku dari setengah tidur, ketika membuka mata aku sudah berhadapand dengan anakku Raisah Zahra dengan pancaran kebahagiaan di wajahnya, ada senyum yang sangat luar biasa terlukis di wajahnya, ada pancaran kerinduan yang akhirnya terlampiaskan dengan keberadaanku, menyusul kemudian haru menyelimuti perasaanku, aku rasakan kebahagiaan yang juga dia rasakan.

"sini tidur lagi, sambil bapa peluk" kataku berbisik kepadanya sambil memluk tubuh mungil nan harum itu. sesaat kemudiaan dia membenamkan diri dalam pelukku, tetapi tidak lama berada dalam pelukanku kemudian dengan cepat dia berdiri keluar dari peraduan (kamar), kemudian mencari istriku "mama, mama, mama mana ne" katanya ketika keluar kamar dan ternyata yang ditemukan neneknya (mertuaku). "mungkin di dapur" kataku dari kamar, "mama, mama bapa pulang ma" katanya berulang kali, diikuti suara langkah cepatnya (berlari) menuju dapur.

"mama gak ada di dapur pa, nene bapakku pulang ne, itu" katanya, habis berlari dari dapur dan menemukan neneknya yang masih di ruang tengah, sambil menyibakkan kain gorden kamar kami.

haru perasaanku dibuat oleh tingkah polanya, dia tidak ingin merasakan kebahagiaan itu sendiri, dia ingin merasakan kebahagiaan itu dengan mamanya (istriku).

"mama, mama bapak pulang ma, itu" katanya ketika dilihatnya mamanya (istriku) datang ke rumah, sambil menyibakkan gorden kamar kami, kemudian berlompat-lompat kegirangan, dengan senyum dan tawa yang menggetarkan perasaanku. "de eboh, omm udah datang" dia berlari ke mulut pintu rumah memanggil sepupunya yang sebaya dengan dirinya yang kerap menjadi teman mainnya yang juga dekat denganku.

hari itu mereka begitu ceria, kurasakan bahagia mendesir di hatiku, kebahagiannya sejenak seperti mengalihakan lelah yang menghinggap. sungguh akupun merindukan berkumpul dengan mereka seperti ini, dapat menjadi teman mereka disetiap keadaan yang di alami. Akupun berkeinginan untuk mewujudkan kemandirian, menjadi laki-laki yang menopang keluarga sebagai suami dan sebagai ayah. ya Allah melalui catatan blog ini aku memohon kepadamu perkenankan kami bekumpul, yang dengannya kami dapat menjadi keluarga yang mandiri, yang dapat mengajarkan kemandirian kepada anak-anak kami tentang kemandiri, berilah kedewasaan kepada orang tua kami untuk memberikan pendidikan kepada kami tentang kemandirian dengan merelakan istri dan anakku hidup bersamaku di Bontang, dan dimanapun tempat yang akan menjadi tujuan kehidupan kami.

17 April 2011
pukul 09.30 kutinggalkan istri dan anakku, ada kerinduan yang belum cukup terlampiaskan, terlalu sebentar, perpisahan hampir 2 bulan hanya di sejukkan dalam waktu 2 hari, aku tidak puas dan merekapun tidak puas, kurasakan nanar mata mereka melepas aku pergi, meskipun terkadang anakku berujar "ia pa" ketika aku minta izin untuk kembali ke Bontang, tetapi informasiku dari istriku berbeda "yang, anakmu bilang gak mau ditinggal, dia maunya di ajak" kata istriku kepadaku. ya dia memang pandai menyembunyikan perasaannya dariku untuk yang satu itu, mungkin itu caranya untuk membuatku tenang dalam bekerja di Botang. meskipun demikian, sulit rasanya untuk bisa tenang disaat berada dalam posisi ini. ya Allah penjawab rintihan orang-orang yang menderita, penolong orang-orang yang membutuhkan pertolangan aku mohon pertolonganMu.


Bontang, 19 April 2011



HD
Dari Bilik Kerja

Komentar

Postingan Populer