Desember 2009 – Oktober 2011
Muhammad Agus Ekonanto, kami memmanggilnya mas Kentung, dia pemilik rumah yang beralamat di Komplek perumahanan Bukit Damai Sentosa Blok L Nomor 31 yang kurang lebih 2 (dua) tahun ini rumah tersebut secara sukarela dia pinjamkan kepada kawan-kawan LBH Pos Balikpapan untuk digunakan sebagai kantor, yang sejak selesai di renovasi tidak pernah sekalipun dia dan keluarganya menempati, kami adalah penghuni pertamanya. Bagi kami rumah ini, bukan sekedar kantor untuk melaksanakan rutinitas LBH Pos Balikpapan, tetapi rumah ini menjadi tempat proses pengayaan ilmu, perspektif dan kesadaran dibangun secara bersama.
Pagi ini (3 oktober) Mas Kentung datang ke kantor LBH Pos Balikpapan, ke rumahnya yang kami tempati selama ini, kurang lebih 1,5 jam kami menghabiskan waktu, kami bercerita, bertukar pemikiran dan berbagi pengalaman tentang organisasi. untuk pertama kalinya saya mendapat kesan mendalam tentang sosoknya bukan sekedar baik, juga memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mendalam soal organisasi, menurutku dia Aktivis. Dari obrolan singkat ini saya mengetahui harapannya terhadap Eksistensi LBH Kaltim (Pos Balikpapan), dan rencana menggunakan rumahnya untuk seorang ustadz.
Mengenai rumah yang akan digunakan untuk seorang Ustadz memang sudah direncanakan sejak lama, jauh sebelum hari ini dia sudah memberi tahukan, yang membuat saya tertegun ketika dia mengungkapkan tentang harapanya terhadap eksistensi LBH Kaltim (Pos Balikpapan). Menurutnya 2 (dua) tahun ini adalah fase pembangunan (penyiapan pondasi), dia merasa bangga terhadap perkembangan proses awal ini karena selama 2 (dua) tahun melalui proses kawan-kawan sudah melakukan banyak hal yang bermanfaat, dan dia memiliki harapan setelah 2 tahun ini LBH memasuki fase eksistensi, pengelolaan organisasi secara serius. “LBH harus memiliki kantor yang representative (di pinggir jalan), yang akan membuat mereka yang datang merasa percaya diri ditangani oleh kawan-kawan LBH” katanya, untuk memenuhi harapanya tanpa sungkan dia mengatakan akan mencoba mencarikan dan memfasilitasi kantor buat LBH Kaltim (Pos Balikpapan).
Perasaanku campur aduk dibuatnya, pertama merasa bersalah karena menginisiasi pengembalian SK LBH Pos Balikpapan kepada LBH Kaltim, kedua merasa diberikan kepercayaan diri untuk kembali membangun LBH, diluar dari apa yang kami bayangkan mas kentung menaruh harapan yang besar terhadap eksistensi Lembaga Bantuan Hukum. Saya tidak habis fikir jika dia tahu bahwa LBH Pos Balikpapan sudah kami bubarkan, pastilah harapan yang dia gantungkan kepada kami tersebut sirna. Di lain hal, aku seperti mendapatkan teguran melalui obrolan denganya pagi itu, seolah ada perasaan malu mendesir yang menggelorakan untuk membangun kembali Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dengan atau tanpa di bawah naungan LBH Kaltim. Pertanyaanya apakah dengan semangat kawan-kawan yang mulai menyurut Harapan tersebut dapat di bangun? Sulit menemukan mahasiswa seperti mereka yang menjadi generasi pertama di LBH Pos Balikpapan macam Wawan, Hamrin, Friska, Vivi, Cha-cha, atau generasi keduanya macam didi, Fajrin, Santy, dan Ika.
Desember 2009 – oktober 2011, banyak momen hebat yang terjadi di tempat ini, banyak fikiran berani, cerdas dimulai dari sani. Meminjam ungkapan Wawan yang menamakan tempat ini sebagai Center of revolution Balikpapan atau meminjam ungkapan kawan-kawan HMPS Hukum sebagai kawahchndradimuka, atau rumah bersejarah seperti diugkapkan Ika rahmi Utami, ungkapan mereka mungkin terkesan sangat berlebihan, subyektif tapi saya bermaksud berbaik sangka bahwa itulah perasaan mereka terhadap dahsyatnya dinamika yang lahir dari rumah ini.
Oktober 2011, entahlah ini merupakan akhir atau sebaliknya ini merupakan awal. Akan menjadi akhir ketika persepsi tentang perubahan adalah sebagaimana roda bahwa pada akhirnya semua akan kembali ke titik nol atau akan menjadi awal yang baru jika kita memahami bahwa perubahan sebagaimana teori spiral, ada titik jenuh tapi bukan titik nol, tetapi tetap bergerak kedepan. Apa yang kita mulai bisa berakhir setelah bulan oktober berakhir dan kita meninggalkan tempat ini, entah kemana. Atau sebaliknya, setelah kepergian dari tempat inilah kita menjadi semakin besar tentu setelah melalui fase yang tidak biasa sebagaimana disebutkan mas Kentung, memasuki fase eksistensi organisasi pasti akan banyak konflik, karena dari proses itulah kita menjadi matang.
Komentar
Posting Komentar