Siti Fadillah Sufari Mengangkat Martabat Indonesia

Hari ini (12 oktober 2011) saya diajak seorang kawan untuk mencari beberapa buku soal Agama, tujuan pertama kami adalah toko buku Kharisma. Di Kharisma kami terlibat banyak obrolan soal pemikir-pemikir Muslim seperti Murthada Mutahari, Ayatullah Khomeini, Farid Esack, jalaludin Rakhmat, Nurcholis Majid. Entah siapa yang memulai dalam diskusi, mencari dan terkadang nakal membaca isi buku yang tersegel (dengan membuka segel tanpa izin) obrolan kami sampai pada toko Siti Fadillah Sufari, mantan menteri kesehatan, seorang tokoh perempuan yang berani ungkap kawan saya itu.

Setelah lama berdiskusi Kemudian kami mengasikan diri dengan melakukan pencarian dan pencurian percik pemikiran di Kharisma sesuai dengan kecenderungan kami, kawan saya asik mahsuk di kawasan buku yang berbau dengan Agama dan Filsafat, dan saya mengasikan diri di kelompok buku Biografi dan Sosial Politik. Mata saya liar mengamati buku-buku yang ada di Stand Biografi dan Sosial Politik, sesekali membaca dan lagi-lagi membuka segel buku tersebut, sampai akhirnya saya menemukan sebuah buku yang di tulis oleh perempuan yang kami bicarakan, Siti Fadillah Sufari, Mantan Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Bersatu periode pertama SBY.

Buku tersebut berjudul “Saatnya Indonesia Berubah, Tangan Tuhan Dibalik Virus Flu Burung”, dengan sigap saya mencoba menelusuri isi buku itu. Penelusuran saya dimulai melalui testimoni para tokoh terhadap buku tersebut, terdapa testimony cendikiawan muslim, aktivis politik, aktivis sosial, cendikiawan kristiani, ulama, akademisi yang kesemua tokoh tersebut mengungkapkan kekaguman terhadap keberanian, ketegasan sosoknya. Dia bukan seorang ideolog politik, melainkan professional tetapi memiliki keberanian, kepekaan dan keberanian menggelorakan nasionalisme bukan hanya sebagai Indonesia melainkan dari bangsa dunia ketiga.

Saya terusik dengan testimony tersebut sehingga penelusuran saya lanjutkan kepada isi buku, setelah melakukan pembacaan cepat, dibagian akhir saya menemukan sebuah poin tulisan yang mengaduk perasaan saya sebagai bangsa Indonesia dan bangsa dari Negara dunia ketiga. Dalam bagian tersebut Siti Fadillah Sufari (bersama timnya di Kementerian kesehatan) menyampaikan tentang perlawanan yang dilakukannya (mereka) terhadap praktek ketidakadilan yang dilakukan WHO (badan kesehatan dunia) dan Negara Adidaya. Selama 60 tahun WHO memberlakukan aturan kesehatan yang bukan membantu Negara dunia ketiga keluar dari krisis kesehatan sebaliknya, melalui krisis kesehatan yang dihadapi Negara-negara dunia ketiga WHO dan Negara Adidaya mengambil keuntungan.

Secara singkat bu Siti mengungkapkan bahwa sampel virus flu burung milik Indonesia yang diberikan ke WHO, oleh WHO diberikan kepada Negara podusen antivirus (Negara Adidaya), kemudian anti Virus tersebut diperdagangkan kembali ke Negara pemilik virus. Menurutnya, aturan WHO yang bekerja sama dengan Negara adidaya kemudian memperdagangkan anti virus untuk mengatasi masalah yang dihadapi Indonesia dan Negara dunia ketiga merupakan bentuk pemiskinan.

Beranjak dari persoalan tersebut dia melakukan protes kepada WHO dalam forum-forum internasinal, dan mencari dukungan. Yang pada akhirnya lahir kebijakan benefit sharing oleh WHO, bahwa Negara yang memanfaatkan virus untuk membuat antivirus (Vaksin) seharusnya melakukan pembagian keuntungan. Konsep benefit sharing ini menurutnya menyebabkan Negara dunia ketiga tidak dirugikan baik dari sisi kesehatan ataupun ekonomi, dari sisi kesehatan mereka dapat mengatasi penyakit yang dihadapi dinegaranya, sedangkan dari sisi ekonomi untuk mengatasi virus tersebut mereka tidak harus mengeluarkan biaya seperti tahun-tahun sebelumnya melainkan mendapatkan vaksin (anti virus) secara gratis dalam bentuk charity.

Dalam buku tersebut, dia mengatakan bahwa apa yang dia lakukan tidak mudah karena dia harus berhadapan dengan pemberitaan nasional yang tidak mendukung dia, dan oleh WHO perwakilan asia dia sempat ditekan untuk menghentikan megaphone speak (koar-koar) di dunia International. Perasaan kebangsaan (nasionalisme) baik sebagai Indonesia dan bangsa negara dunia ketiga menyebabkan langkahnya untuk menggugat WHO dan merubah praktek-praktek yang menyebabkan lahirnya ketidakadilan pada Negara dunia ketiga yang mengalami nasib sama seperti Indonesia menjadikanya tak bergeming.
Membaca buku tersebut ada perasaan kebangsaan yang digetarkan, ada kebanggaaan takterlukiskan, yang membuatku tak kuat menahan haru, ditengah carut marut politik yang menggerakan nasionalisme pada titik nadir, rasa malu terhadap bangsa sendiri, kepribadian yang suka menghina bangsa sendiri dengan berbagai bentuk, Siti Fadillah Sufari dengan keberanian, nasionalime ala dirinya, semangat melepaskan dunia ketiga dari ketidakadilan telah memberikan martabat, posisi Indonesia dimata Internasional, dia menjawab harapan. Saya yakin buku ini akan memberikan banyak manfaat kepada siapapun yang membacanya, terkhusus kaum hawa, dia pantas menjadi cermin. Dia perempuan yang mampu mentransformasi kelembutan, perasaan empatik (emosional) pada dirinya menjadi kekuatan merubah wajah Indonesia.

Seperti Judul bukunya, “Tangan Tuhan Dibalik Virus Flu Burung” di Balik flu burung yang dihadapi Indonesia, Allah memberikan sebuah kebahagiaan yakni melahirkan Indonesia yang bermartabat, mampu memutus mata rantai praktek kejahatan ekonomi Negara adidaya melalui derita Negara dunia ketiga. Mengutip ayat Al-Quran Sesungguhnya beserta setiap kesulitan itu akan ada kemudahan, Maka bila engkau telah bebas (dari suatu beban), tetaplah engkau bekerja keras, dan berusahalah mendekat terus kepada Tuhanmu (Q.,s. al-Syarh/94 ayat 6-8). Salam

18.02 Waktu BDS
Dari Bilik Perpustakaan Rumah Revolusi Perum BDS 2 Blok L 31
Diluputi Haru



HD

Komentar

Postingan Populer