Sunyi

Kulangkahkan kakiku menelusuri sudut-sudut (sunyi) setiap ruangan tempat ini, seketika segala peristiwa yang pernah kulewati ditempat ini hadir, semua peristiwa seperti baru saja terjadi, kusaksikan diriku dengan mereka berasik mahsuk dalam kontemplasi. Kontemplasi yang tidak dilakukan dengan kesunyian tapi melalui diskusi, perdebatan, kompromi dan nonkompromi yang menelurkan rencana-renca hebat, fikiran-fikiran segar, tentang kami di esok hari hidup dengan idealisme.

Kuingat ketika proses itu dimulai, saya menyaksikan mata-mata gairah yang membakar siapapun dihadapnya untuk siap menjadi lawan, teman, dan bahkan saudaranya, bahkan untuk menjadi pelayan dalam memuaskan hasrat mereka. Kurasakan kegaduhan, gemuruh, kusaksikan sendiri seperti tiada malam ditempat ini, penuh energy, inovasi, terobosan dan semangat perlawanan. Ahhhhh saat itu aku berfikir bahwa aku sedang bermimpi berada di tengah orang-orang yang haus akan ilmu di kota yang tidak memiliki empati terhadap mereka yang melakukan geliat ilmu,ini bukan Balikpapan kataku.

Tidak ada pesta yang tak usai, kata seorang penyair, begitupun dengan gairah di ruangan ini, perlahan gerak semangat keilmuan mulai pudar, entahlah mungkin mereka menjadi martyr dalam menyebarkan semangat, hasrat dan kehausan mereka ke ruangan lain (diaspora), atau melahirkan orang-orang baru seperti mereka, yang denganya cahaya keilmuan terus berpendar, semoga demikian adanya.

Malam semakin mendekati puncaknya, riak kendaraan tak terindari lagi, hanya aku yang menyibukan diri bergelayut dengan fikiranku kali ini ditemani sunyi. Kesunyian di tempat ini hampir tidak pernah kutemui, sampai-sampai tidak ada ruang bagiku menemukan keheningan untuk membuat catatan-catatan, karena memang tidak pernah kutemui malam, aku harus menyiasati situasi untuk bisa meluangkan waktu membuat catatan-catatan kecilku di tengah keramaian. Pestapun usai, seramai, semeriah apapun pesta yang pernah diciptakan atau terciptakan pada akhirnya hanya meninggalkan cerita dan kenangan, semua kembali kepada keadaan semula, dimulai dari tiada kembali menjadi tiada.

Jika memang tidak ada pesta yang tak usai, maka pesta ini terlalu cepat usainya, hanya dalam 2 (dua) tahun dan kembali ketitik nol, semoga tidak, aku ingin dugaanku berhadapan dengan fakta-fakta yang lain sehingga biarlah aku disebut hanya menduga-duga, ah tapi lagi-lagi fikiranku dengan kenyataan yang kutemui terlalu selaras, ini bukan dugaan. Hem malangnya kenapa pesta ini terlalu cepat usai, aku fikir pesta ini akan berlanjut semakin meriah dengan wajah-wajah baru, wajah dengan gairah, semangat seperti yang kulihat dulu.

Ha ha ha ha aku terlalu suka berkhayal nampaknya, sebenarnya sunyilah yang selama ini kutemui, jika ada gairah, geliat organisasi, diskusi dan berjuang pada dasarnya itulah yang mimpi dan malam inilah pada dasarnya untuk pertama kalinya aku sadar, bahwa aku harus pulang keperaduanku, bersama kekasih hatiku dan buah hatiku yang jauh di sana. Tunggu aku sayangku.


Balikpapan, 4 oktober 2011
00.45

Komentar

Postingan Populer