Stone Of Destiny

Cerita Tentang Perjuangan Mengembalikan Nasionalisme
Rombong Sinema, seperti biasanya kami memanfaatkan momen gratis yang diadakan jaringan atau kawan, kali ini pemutaran film Rombong Sinema diadakan di kafe Lamin Pohon, yang kebetulan sedang melaksanakan program penjualan barang-barang bekas, selama tiga hari sejak tanggal 29 Februari (2012) sampai dengan 2 maret.

Rombong Sinema, mendapat kesempatan untuk memutar dan diskusi film di hari kedua, tanggal 1 Maret, kali ini Film yang diputar berjudul Stone of Destiny. Film ini bercerita tentang kondisi skotlandia dalam kekuasaan inggris, sebagaimana umumnya masyarakat yang terjajah, skotlandia mengalami kehilangan identitas kebangsaan, masyarakat skotlandia mengalami keadaan dimana mereka lebih nyaman menyebut dirinya sebagai inggris utara. Kekuasaan absolute inggris melahirkan ketidakadilan terhadap bangsa skotlandia.
Untuk mewujudkan keadilan bagi bangsa skotlandia akhirnya kelompok akademisi Universitas di Skotlandia melakukan upaya mewujudkan perwakilan skotlandia di parleman inggris, perjuangan ini tidak banyak mendapat dukungan oleh masyarakat skotland yang sudah terbenam dalam pesimisme bahwa mereka tidak akan pernah mungkin mendapat hak tersebut. Benar, bahwa upaya diplomasi mendapatkan perwakilan skotlandia di Parlemen inggris tidak terwujud.

Keadaan ini yang kemudian melahirkan semangat sekelompok anak muda yang kuliah di Universitas Skotlandia, untuk menemukan semangat kebangsaan yang berujung pada kemerdekaan skotlandia dari penjajahan Inggris. Simbol semangat kebangsaan (nasionalisme) skotlandia tersebut ada pada sebuah batu yang disebut Stone of Destiny, batu tersebut berada dalam kekuasaan Inggris pada gereja The Abbey – West Towers yang terletak di London.

Misi mengembalikan batu tersebutpun dimulai dengan mengumpulkan semua informasi tempat batu tersebut berada, mengunjungi lokasi dan dilanjutkan dengan menyusun rencana pemindahan Stone of Destiny ke tanah skotlandia yang merupakan tempat asalnya.

Sebagaiaman banyak perubahan yang terjadi di belahan bumi, peran anak-anak muda sangat berperan dalam mengembalikan semangat kebangsaan skotlandia, mereka yang dianggap kelompok idealis tanpa tindakan nyata yang mendapat kritik dari orang-orang terdekatnya lahir sebagai sekelompok orang yang mengembalikan harapan untuk mewujudkan masa depan skotlandia. Ketika batu tersebut dikabarkan hilang dari gereja The Abbey – West Towers, masyarakat skotlandia menyambutnya dengan suka cita, mereka berhamburan di jalan diikuti dengan mengibarkan bendera (skotlandia) yang selama ini tabu mereka kibarkan, dan merubah kata Inggris Utara menjadi skotlandia yang ada pada fasilitas umum.

Pendapat Penonton

Secara umum mereka yang ikut menikmati (menonton) film ini di Lamin Pohon menaru apresiasi yang tinggi, baik dari sisi pesan yang ingin disampaikan dari pembuatan film ini dan dari sisi keindahan alam, bangunan dan tata kota skotlandia dan inggris (london).
“Film ini sangat menonjolkan keindahan alam yang ada di skotlandia, selain cerita yang menarik penonton dibuat takjub oleh keindahan alam, bangunan dan tataruang kota skotlandia dan london” ujar mba Heni, pemiik Lamin Pohon.

Berbeda dengan mba Heni, mas Paul salah seorang penggiat kesenian Balikpapan yang aktif di Balikpapan Art Foundation (BAF), selain bicara isi film juga mengkomentari teknis pelaksanaan kegiatan “Film ini sangat mutu, tidak sama dengan film-film yang beredar di luar, saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga bisa dilakukan terus menerus, dan komunitas ini bisa menampilkan video/film yang dibuat anak-anak lokal” usulnya kepada komunitas Rombong Sinema. “yang agak kurang nikmat ketika menonton film ini adalah cahaya lampu yang terang yang menyebabkan terkadang Film tidak terlihat jelas, mungkin kedepan dapat dipersiapkan dengan baik lagi, saya juga berharap kepada kawan-kawan yang menonton untuk bisa sama-sama menjadi penikmat yang baik, hpnya di mute on sehingga tidak mengganggu kenikmatan yang lain” tambahnya.

Pendapat berbeda disampaikan Wawan Sanjaya, aktivis Mahasiswa yang juga menjabat sebagai Presiden Badan Ekesekutif Mahasiswa Universitas Balikpapan “hari ini banyak aset kebudayaan kita yang telah dimiliki oleh bangsa lain, juga tumbuhnya ketidak percayaan anak-anak muda terhadap makanan lokal indonesia yang telah digantikan posisinya oleh makanan kemasan yang datang dari luar, hal tersebut mengindikaskan bahwa anak muda mulai kehilangan perannya, dan film ini pada dasarnya menyentuh kesadaran anak muda untuk menjadi pelopor perubahan” ungkapnya dengan penuh semangat.

Berbeda dengan Wawa, Eka salah seorang penonton film ini matanya sempat terlihat berkaca-kaca ketika pada bagian akhir film ini mereka (anak-anak muda) yang mengembalikan kebangsaan skotland pada akhirnya harus di tahan karena melakukan tindak ilegal. “gak nyangka ya, bahwa hanya segelintir orang, bisa membangun semangat satu bangsa” ungkpanya pendek, dengan nada haru, masih terbawa suasana.

Jika Indonesia hari ini kehilangan semangat kebangsaannya, maka hari ini anak-anak muda Indonesia harus menjadi jembatan untuk menumbuhkan harapan bahwa kita masih punya masa depan gemilang, tidak hanya merdeka juga merdesa.

Balikpapan, 2 Maret 2012
Pukul 03.44 wita

Salam Optimisme

HD

Komentar

Postingan Populer