Tentang Komitment

Tanggal 27 November 2010, Phoncell ku bordering, dengan sigap kuangkat, dengan mudah kukenali suara di ujung telepon, Raisah Zahra Anakku

“Hallo bapa, Asalammualaikum” sapanya
“Waalaikum Salam, Raisah Sedang ngapain nih” Tanya ku
“Pa aku pergi kenikahan om mamat loh” jawabnya dengan sigap
“Wah enaknya” jawabku untuk membanggakan
“Pa, belikan aku mainan dokter-dokteran ya!!Raisah mau ko komitment “ katanya dari ujung telepon buatku tersenyum geli,
“Komitmen apa ?” tanyaku untuk mengkonfirmasi
“Komitment belajar dong pa, kalo bapa belikan Raisah dokter-dokteran Raisah mau belajar” jawabnya dengan nada optiomis, meyakinkanku.
“Raisah tunggu aja ya, entar bapa carikan dokter-dokteran buat Raisah” jawabku memberi kepastian

Beberapa waktu lalu sebelum percakapan diatas, Raisah (anakku) selalu meminta untuk dibelikan mainan dokter-dokteran tersebut, tapi selalu ketika ku tawarkan syarat untuk rajin belajar, Raisah (anakku) selalu menjawab “Raisah tidak mau belajar” atau sesekali Raisah Menjawab “biar aja gak usah punya mainan dokter-dokteran”cara Raisah menghindari syarat. Syarat memang kami jadikan sebagai cara untuk melatih sikap berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

Sikap Raisah membuatku dan istriku bangga, bahwa Raisah telah memiliki sikap berani mengambil keputusan dan sikap berani bertanggung jawab.

Balikpapan, 29 November 2010

ya Allah SWT wahai penolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan, yang mengijaba doa hamba-hamba yang memohon. berikan kesembuhan pada anakku ya, perkenankan kami untuk dapat berkumpul dalam biduk kemandirian.

Komentar

Postingan Populer