Membayangkan Anas Urbaningrum di Tahan KPK


Sosoknya santun, seorang muda yang memiliki pemahaman dan kemapanan dalam berpolitik, memiliki kemampuan komunikasi dan menulis sama baik yang membedakan dia dengan banyak aktivis politik, karirnya dalam dunia akademik berjalan dengan baik menjadi mahasiswa terbaik s-1 di almamaternya, sebagai aktivis (m13095015301092495043ahasiswa) di zamannya dia menjadi figur central, kemampuannya membawa dia menjadi salah seorang dari tim-7: kelompok yang merevisi UU Pemilu pada tahun 1998, Tim-11 yang menyeleksi partai politik, satu-satunya komisioner KPU (dijamannya) yang memiliki keberanian menolak mobil mewah, dan orang muda yang menjadi ketua Partai pemenang pemilu (Demokrat), tidak hanya itu seorang yang dengan kemampuanya yang mumpuni digadang-gadang sebagai figur muda 2014 untuk Presiden, dia Anas Urbaningrum.

Citra positiv Anas Urbaningrum yang melekat dalam benak publik akhir-akhir ini seperti akan dibalik pada kesimpulan baru, bahwa citra kalem, santun, berpengetahuan, cerdas, calon pemimpin masa depan yang selama ini dipersepsikan publik adalah selimut menutupi praktek perselingkuhan jahatnyanya dengan Nazaruddin (Bendahara Partai Demokra, Anggota DPR Komis III, seorang pengusaha) yang telah ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Melalui bilik persembunyianya (di singapura), nazaruddin membeberkan kepada publik tentang hubungan haramnya dengan petinggi demokrat, Anas Urbaningrum, yang menerima sekian miliar uang hasil kegiatan yang diduga dari praktek “Korupsi”. Meskipun informasi tersebut pada akhirnya harus diuji kebenarannya di muka pengadilan, tetapi kesimpulan masyarakat sudah mendahului kesimpulan peradilan.

Kesimpulan masyarakat terhadap perselingkuhan Anas dengan Nezaruddin semakin diperkuat dengan sikap referte (tidak mengklarifikasi, menyanggah atau membantah). Apakah ini bentuk pengakuan? jauh sebelum dibuktikan khalayak telah berkesimpulan bahwa diamnya Anas adalah pengakuan. Paling tidak selorohan Nazaruddin dari bilik persembunyianya tentang keterlibatan Anas yang turut menikmati praktek kejahatannya, sedikit demi sedikit telah melunturkan idealitas publik dalam memandang Anas (ini kesimpulan pribadi penulis), persepsi positif tersebut bergeser kepada persepsi negatif, mementalkan harapan bahwa figur muda layak, dia yang digadang-gadang sudah mulai tertendang.

disisi lain jika KPK mampu menangkap Nazaruddin, dan terhadap keterangan-keterangan Nazaruddin tentang keterlibatan Anas menerima uang praktek “korupsi” mampu dibuktikan KPK sehingga cukup bukti untuk menjerat Anas Urbaningrum, sulit rasanya membayangkan figur kalem, bersih, intelektual, tampan, tokoh mudah yang digadang-gadang sebagai calon presiden di 2014 itu, berjalan dengan tangan terborgol. Persepsi baik yang dengan susah payah dibangun dalam rentang waktu yang panjang, dengan perjuangan, keteguhan runtuh ditangan orang yang dia percayai.

salam

Komentar

Postingan Populer