Pendidikan Lingkungan dan Geliat Ekonomi Hijau di Green Festival 2011 Kota Bontang

Komunitas Sepeda di Bontang

Sabtu malam (23 juli 2011) kembali saya menggeluti aktivitas sebagai tenaga sukarelawan Bank Sampah Kelola Mandiri di KPI Green Festival ke-2, sesuai dengan tema kegiatan “green Festival” dalam kegiatan ini pengunjung dimanjakan untuk mengetahui berbagai informasi tentang cara mendukung penyelamatan bumi melalui tindakan-tindakan kecil seperti mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang produktif, pemisahan sampah organik dan anorganik dalam pengelolaan sampah rumah tangga, selain itu panitia menciptakan ruang simulasi bagaimana mengurangi penggunaan listrik di rumah: cabut listrik TV, AC, kipas angin saat tidak digunakan.

Grenn Festival 2011

Selain hal-hal terkait dengan pendidikan lingkungan, terdapat juga aktivitas ekonomi hijau (greenomic) yang menjual produk-produk ramah lingkungan terbuat dari sampah anorganik: botol dan plastik makanan kemasan yang dimanfaatkan menjadi barang-barang tepat guna seperti tas belanja, tas sekolah, dompet, bunga tiruan, tempat lampu yang unik (estetik). Selain produk ekonomi hijau, juga terdapat beberapa stand sekolah yang memamerkan temuan mesin pengelolaan hujan asam menjadi air murni, biodisel dengan bahan dasar minyak jelantah untuk mesin yang menggunakan bahan bakar oli, yang tidak kalah penting tentunya keberadaan komunitas gowes (sepeda).

Sejak diselenggarakannya pertemuan negara-negara bangsa untuk pemansan global (UNFCCC) tahun 2008 di Bali, yang diikuti dengan berbagai bencana alam yang disinyalir akibat dari perubahan iklim, isu penyelematan lingkungan menjadi trand, melalui seminar, talkshow, diskusi, lebih jauh isu ini diturunkan kedalam perangkat peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah, perusahaanpun mengambil peran untuk menjadi isu penyelamatan lingkungan sebagai bagian dari kebadaan mereka melalui CSR (corporate sicial responcibility) meskipun kelompok yang mengamalkan teori kritis kerap membangun asumsi bahwa CSR merupakan cara perusahaan untuk melanggengkan bisnisnya terutama yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam (tambang dan energi), CSR menjadi alasan pembenar untuk eksplotasi SDA.


Begitupun dengan festival yang diadakan KPI (Kaltim Prima Industri) yang ada di Bontang, bisa dianalisis dengan pendekatan teori kritis, juga dengan pendekatan konstruktuf, bahwa kegiatan KPI Green Festival adalah upaya KPI sebagai perusahaan yang memiliki kerja di areal Bontang untuk menyumbang penyelamatan lingkungan, untuk mengukur teori kosntruktif pada dasarnya dapat didekati dengan pendekatan konstribusi dan sumbangsi, sejauh mana dia memberdayakan potensi ekonomi hijau di kota bontang, jika pemberdayaan yang dilakukan hanya sebatas kegiatan seremonial (green festival) maka teori kritis mungkin tepat diberlakukan.

Disisi lain KPI Green Festival akan menjadi bermakna ketika kegiatan ekonomi hijau: daur ulang sampah menjadi bahan produktif mendapat suport dan menjadi tindakan aplikatif karyawan KPI, penemuan biodisel pelajar bontang mendapat suport atau praktek bersepedea Bontang Urban Bike menjadi bagian dari aktivitas karyawan KPI tentunya, karena apapun dukungan KPI terhadap isu penyelamatan lingkungan jika KPI (secara keseluruhan) tidak menjadi bagian yang membudayakan praktek-praktek sebagaimana yang terdapat dalam kegiatan pameran yang mereka adakah untuk kedua kalinya, menjadi sia-sia, dan sekali lagi teori kritis berlaku terhadapnya.

Komentar

Postingan Populer