Wawancara Menjadi Dosen
kalo gak salah di awal tahun ini, ketika saya bertandang ke Fakultas Hukum Universitas Balikpapan untuk mengambil ijasah, seingat saya sekitar pukul 10.00 wita, setelah bermondar-mandir mengurusi administrasi Ijasah, kurebahkan badanku di salah satu kursi diruang tunggu fakultas hukum (ruangan itu saat ini menjadi ruangan Kepala Program Studi, yang ditempati Mr Roziqin). bangku tersebut persis berada di depan pintu ruang Dekan, DR. Muhammad Muhdar, tidak berselang lama setelah saya duduk suara khas Pa Muhdar (bulat dan jelas) memanggilku.
"Har Sini sebentar" dia memanggil dari singgasananya
"Ia pa" mendegar itu saya berdiri dan bergerak kearah suara tersebut tanpa harus mencari-cari, dengan sigap saya masuki ruangan beliau (yang menurut banyak mahasiswa "angker") kemudian duduk dihadapannya.
"apa kerjaanmu sekarang, har, masihkah kamu kerja di LBH kaltim" tanyanya padaku sesaat setelah saya duduk dihadapannya, dengan mimik dan suaranya yang khas.
"hemm, kemaren di komunitas masyarakat adat program kerja sama dengan kemitraan pa untuk mendorong Hutan Desa di kawasan gunung lumut, sekarang sudah selesai, kalo di LBH Kaltim masih pa" jelasku
"di LBH kaltim, kamu di gaji?" tanyanya
"kalo gaji gak ada pa, bagi saya LBH Kaltim tempat mengasah keterampilan pa" jawabku
"menurutku memang kamu pantasnya jadi Pengacara atau Dosen" katanya
mendengar itu, saya hanya berucap alhamdulilaah (bersyukur dalam hati) memang dua hal itu adalah dunia yang saya sukai.
"begini har, Fakultas Hukum kekurangan tenaga pengajara, kau tahu mayoritas tenaga pengajar di fakultas hukum UNIBA dalam 10 tahun kedepan sudah tidak produktif lagi, dan sampai hari ini aku tunggu lamaranmu di Fakultas Hukum UNIBA" jelasnya yang membuat jantungku berdegup kencang, bahagia karena ada ruang yang terbuka terhadap 1 dari 2 cita-citaku untuk diwujudkan.
"Baik pa, saya akan kirimkan aplikasi saya" jawabku
"saya mau anda kirim secepatnya"
"saya akan kirim besok kalo bagitu" kataku memberi kepastian
setelah berkonsultasi dengan istri dan beberapa kawan, maka dengan segera pada malam harinya semua kelengkapan aplikasi saya siapkan.
xxx
Pagi itu dengan senang hati saya menuju kampus, membawa aplikasi dosen saya, ketika sampai kampus Pa Muhdar tidak berada di tempat, setelah melalui konsultasi dengan bagian administrasi mahasiswa, akhirnya saya diberi izin untuk meletakan aplikasi saya ke ruangan Pa Muhdar.
xxx
Dua hari berselang setelah saya meletakan aplikasi dosen saya di ruang Pa Muhdar, pagi itu saya mendapat sms dari sekretaris Pa Muhdar, Syukma Syari.
SMS Syukma: "hari jangan lupa hari ini ya"
SMS ku : " apa mba sukma"
SMS Syukma: "kamu belum di telp mas Ardi kah"
SMS ku : "belum mba"
SMS Syuka : "hari ini kamu di jadwalkan untuk wawancara calon dosen"
SMS ku : "benarkah, jam berapa?"
SMS Syukma: "saya gak tahu har mengenai waktunya, nanti saya kabari"
SMS Ku : "ok saya tunggu kabar darimu, thanks ya"
Sekitar pikul 09.30 an saya mendapat telpon dari mba sukma, untuk kekampus jam 11.00 karena akan ada wawancara. karena rencana wawancara tersebut saya tidak mengikuti kegian workshop pemantauan pengadaan barang dan jasa hingga selesai, disela-sela workshop saya ngacir menuju fakultas hukum uniba.
sesampainya di Fakultas Hukum saya bertemu denga Pa Brus Azward, kami terlibat dalam perbincangan yang hangat di depan fakultas. dengan gaya yang seolah-olah gak tahu dia bertanya padaku
"ada keperluan apa ri" katanya diikuti senyum
"saya mau wawancara jadi dosen pa" kataku dengan malu, yang sedikit canggung, dalam fikiranku orang yang dulu mendidiku sekarang suatu saat nanti akan menjadi rekan kerjaku, he he he.
"siapa yang minta kamu" katanya mencari tahu
"hem e e, saya melamar pa" jawabku terbata-bata.
"oh" dengan senyum diikuti anggukan
tidak lama berselang, saya diminta untuk masuk diruang perpustakaan fakultas hukum, setelah menunggu agak lama, pa Brus masuk dengan 2 lembar kertas.
"sorry ri, lama menunggu ya, gimana siap?" katanya dengan senyum
"siap pa" kataku, sembari melirik kekertas yang di bawa, ku intip ada 5 aspek penilaian, pertama: terkait dengan motivasi, kedua : tujuan, ketiga : pengetahuan umum, untuk standar penilaian keempat dan kelima saya lupa.
"sebelum kita mulai saya ingin menjelaskan sesuatu, sebenarnya sistem perekrutan dosen di Fakultas Hukum uniba ada beberapa cara, pertama perekrutan yang berasal dari luar, yang kedua perekruran dosen yang berasal dari dalam. perekrutan dosen yang berasal dari dalam dilakukan terhadap mahasiswa yang dinilai berpotensi, kami semua yang mengajar difakultas hukum sudah lama menilai kamu" katanya, pernyataan tersebut membuat moralku terdongkrak, Alhamdulillah, seolah langkahku ke salah satu pintu gerbang cita-cita semakin dekat. mendengar penjelasan pembuka dari pa brus aku hanya termanggut-manggut, kehilangan kata-kata.
"kamu sudah siap har?" tanyanya padaku
"siap pa" jawabku spontan.
setelah itu pertanyaan-pertanyaanpun terlontar dari mulut Pa Brus, dari pertanyaan yang berhubungan dengan motivasi, tujuan, hukum, pendidikan dan sosial terlontar, dengan tenang pertanyaan itu saya jawab, dalam proses tersebut terkadang terjadi perdebatan, untuk beberapa hal saya menjadi anti tesis dari pemikiran pa brus dan beberapa hal yang lain pa brus menjadi antitesis terhadap pemikiran saya. terkadang kami tertawa, sesekali mengeryitkan dahi karena saling menyimak penjelasan satu dengan yang lain. terkait dengan diskusi hukum yang berbau wacana (misal ketatanegaraan), saya menggunakan pendekatan teori-teori tidak hanya teori demokrasi ala prancis an sih, saya juga menyusupi teori demokrasi ala iran (Wilayatul faqih). penggunaan, pelekatan, pemanfaatan nama tokoh selalu saya gunakan untuk menopang argumentasi saya, tujuannya menaklukan lewat tanda-tanda seperti yang diajarkan Roland Barthes (Si pakar semiologi), saya padukan juga dengan unggah-ungguh masyarakat jawa, seperti ketika akan menjadi antitesis saya ajuka kata "maaf" terlebih dahulu atau manggut-manggut ketika mendapat argumentasi yang mencerahkan.
Wawancara dengan pa Brus berlangsung cukup lama dan alut, kurang lebih 1 jam kami melakukan pengayaan pemikiran.
"ok hari, sudah cukup wawancaranya, saya berdoa semoga kamu bisa diterima disni" katanya sembari menyalmiku.
"terima kasih pa atas wawancaranya" kujabat pula tangganya.
"oh ya kamu jagan pergi dulu, masih ada Pak Suhadi yang akan melakukan wawancara"
"baik pa" jawabku dengan senyum optimistik.
Tidak lama setelah Pak Brus meninggalkan ruangan wawancara, Pak Suhadi masuk menggantikan. Dia duduk ditempat yang sama dimana Pak Brus duduk. dengan gayanya yang slow, satu kaki diangkat menyilang dan berpangku pada kaki yang lain, kemudian wawancarapun dimulai. Wawancara dengan Pak Suhadi berbeda, ketika dengan Pak Brus, kami banyak mengelaborasi teori-teori ketatanegaraan dan hukum, dengan Pak Hadi (panggilan singkat Pak Suhadi) beliau banyak mengelaborasi tentang asal muasal saya.
"sebenarnya saya penasaran Har, kamu itu suku apa sebenarnya" katanya ketika memulai wawancara, dengan struktur wajah yang dibentuk sesuai dengan pertanyaanya (struktur wajah heran).
"hemmmm sebenarnya saya ini suku toraja pa kalo dari Mama dan Banjar kalo dari Bapa" kataku untuk menjawab ke heranannya. bukannya tercerahkan wajah semakin terheran-heran
"tapi namamu Hari Dermanto" selidiknya lagi
"persoalan nama itu pa, karena Mama saya besarnya di tanah jawa, kebetulan bapa dari mama tentara yang mendapat tugas dinas di Jawa, karenanya kultur jawa mempengaruhi dia dalam memberi nama, selain itu dulu saya pernah dengar mama berseloroh, jika menggunakan nama jawa akan mudah dapat pekerjaan "coba kalo orang jawa pasti cepat masuk kerja" dari situ saya berkesimpulan pemberian nama jawa untuk mempermudah saya dalam mencari kerja Pak" kataku menjelaskan dengan panjang lebar, dia hanya termangut-mangut.
Selanjutnya wawancara mengalir dengan obrolan yang soft, terkait dengan sepak terjang dirinya, harapan-harapanya tentang UNIBA kedepan dan sebagainya. dalam wawancara tersebut sempat juga dia menanyakan tentang peran Istri saya dalam kehidupan saya.
"saya beruntung punya Istri seperti dia Pak, dalam keadaan sulit ketika gak punya kerjaan dia tabah, berbesar hati bahkan membantuku, mungkin bisa dibilang saya bisa lulus karena mendapatkan pengaruh besar dari dia" kataku
"kalo begitu jangan kecewakan istrimu" katanya, diikuti anggukan saya.
Sekitar pukul 12.30 an wawancara dengan Pa Suhadi selesai, ketika keluar ruangan, sekretaris Pa Muhdar, Syukma Syari, menginformasikan kepadaku bahwa besok akan ada wawancara lagi kali ini saya akan berhadapan dengan pa Nasir, Pa Randy dan Pa Ardi. tapi sampai dengan berita ini diturunkan, saya hanya sempat wawancara dengan Pak Nasir dan Pak Ardi, tidak dengan Pak Randy.
demikianlah catatan kecil ini saya buat, untuk mensejarahkan peristiwa itu, mensejarahkan peristiwa yang saya kurang tahu persis tanggal dan harinya.
Salam dari Bontang
Komentar
Posting Komentar